Bab 63 (S2) - Ungkapan Masa Lalu

3.3K 805 184
                                    

Zeno memiringkan kepalanya. "Leana, kau... meminum ini semua?" tanyanya terkejut. Setahunya, istrinya itu tak bisa meminum alkohol banyak-banyak. Paling banyak hanya dua teguk saja. Tapi kali ini berbeda.

"Kau menghabiskan 750ml wine keluaran terbaru sendirian? Apa kau baik-baik saja?" Zeno bertanya khawatir sambil duduk di pinggir kasur. Memang dia memesan anggur khusus ini untuk istrinya sebagai hadiah atas perayaan kedewasaannya.

Produksi dengan inovasi terbaru dan terbatas. Zeno berhasil membeli anggur tersebut berkat koneksinya dengan sang produsen. Hanya ada 2 botol yang diproduksi sejauh ini. Wine ini adalah edisi terbatas khusus yang tak diproduksi setiap waktu, hanya bangsawan tertinggi yang punya kesempatan untuk mencobanya.

Alasan Zeno membelinya karena saat mencicipinya, rasanya tidak terlalu keras atau pahit, lebih seperti meminum air putih ditambah ekstra buah. Rasa ini cocok untuk Aileana yang doyan meminum jus buah di sela-sela waktu sibuk. Terlebih lagi kandungan alkohol minuman tersebut cukup rendah.

Maka dari itu, seminggu lalu Zeno memesannya dan baru tiba hari ini. Benar kata Matteo, bentuk botolnya terlihat baik dengan warna yang cantik nan unik. Warna yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Beruntung Zeno memilih hadiah ini.

Sepertinya Leana menyukainya. "Dia menghabiskan sebotol ini sendirian." Diletakkannya botol kosong tersebut, lalu kembali memandangi wajah tenang Aileana.

Tangan pria itu terulur, mengelus rambut perak istrinya. Kemudian turun ke bagian wajah. Ibu jarinya mengusap pipi merah itu lembut. Sudut bibirnya pasti terangkat setiap memandang Aileana.

"Dari kecil sampai sekarang, kau tak pernah berubah. Apa pun yang kau lakukan selalu tampak menggemaskan di mataku. Aku sebenarnya ingin memanggilmu 'Ai', tapi si Kaisar itu tak memperbolehkanku," ucapnya sendiri.

Dia tiba-tiba teringat percakapan yang dilakukannya bersama Kalvin, sehari sebelum perayaan debutante. Sesuai dugaannya, lagi-lagi Kalvin meminta sesuatu yang mustahil padanya.

Kalvin menghentikan langkahnya setelah sampai di taman, diikuti Zeno di belakangnya. Putra Mahkota itu membelakangi sepupunya sambil berkacak pinggang.

"Ada perlu apa sampai kita harus berbicara empat mata begini?" tanya Zeno datar. "Ah, jangan bilang kau mau memohon sesuatu yang mustahil padaku lagi?"

Kalvin menghela napasnya, lalu berbalik. "Iya. Kau cukup tanggap, Grand Duke. Kau tahu apa yang akan kuminta," jawabnya tegas.

Zeno lantas mengepalkan tinjunya. Ingin sekali dia menghajar orang tak tahu malu ini. "Tidak. Apa pun permintaanmu, aku akan menolaknya. Terutama bila menyangkut istriku."

"Aku sedang berbicara serius, Grand Duke. Berikan Aileana padaku. Aku akan menjaganya. Lalu bisa kupastikan Ayah tidak akan mengganggumu lagi."

Berani-beraninya dia! Zeno menatap tajam Kalvin. "Apa para jalang yang kau sewa sudah tidak bisa memuaskanmu? Sampai kau beralih merebut istri orang sekarang?" sindirnya seraya melipat tangan di dada.

"Perhatikan ucapanmu, Grand Duke." Kalvin memperingatkan. "Aku melakukan ini agar kau dan Aileana terbebas dari bahaya."

Zeno tersenyum miring meremehkan seraya mendekati sang Putra Mahkota. "Justru kaulah yang harus perhatikan segala tingkah dan ucapanmu, Kalvin. Bisa-bisanya Putra Mahkota Aldrich yang terhormat merebut istri orang, terutama istri dari kerabatnya sendiri. Apa kata rakyat nanti?"

Kalvin menggertakkan giginya. Helaan napas kesalnya terdengar. "Aku melakukan ini demi kebaikanmu."

"Kebaikan pantatmu! Dulu kau juga mengatakan itu padaku saat mengirim kedua orang tua pergi bertugas. Nyatanya kau memisahkanku dengan mereka," balas Zeno sinis. "Lalu kau tak mendengar tadi kalau kami saling mencintai?"

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang