Bab 25 - Teman Kecil Yang Hilang

6.6K 1.4K 167
                                    

Zeno POV

Memandangi matahari tenggelam dari atas bukit sudah menjadi makananku sehari-hari selama hampir dua setengah tahun ini. Langit terlihat begitu tenang berbeda dengan di bawahnya yang tengah berperang.

"Yang Mulia, ada surat dari Lady Pierzo," panggil Jasper menyerahkan amplop cokelat dengan segel lilin lambang Keluarga Pierzo.

Aku tersenyum tanpa sadar menerima surat tersebut. Gadis itu terus mengirim surat sejak aku terluka.

Sebenarnya lukaku tidak parah dibandingkan dengan Jenderal Divisi Satu yang sampai harus kehilangan sebelah matanya. Walau ujung panah diolesi racun pun tidak akan bisa membunuhku sebab aku kebal terhadap racun. Ini rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekatku saja.

"Haruskah aku sengaja tidak membalasnya lagi?" gumamku yang berniat menjahili gadis itu lebih lama.

"Jangan membuat Nyonya—maksud saya Lady Pierzo khawatir terus, Yang Mulia. Anda sudah tidak membalas suratnya selama dua bulan ini, tetapi Lady Pierzo tidak pantang menyerah dan selalu menuliskan surat untuk Anda," oceh Jasper. Entah kenapa, dia terdengar seperti Matteo sekarang.

Aku menaikkan sebelah alis. "Hoo~ Sejak kapan kau sudah menganggap dia sebagai 'Nyonya'?"

"Itu... Gara-gara surat dari Matteo, saya jadi ikutan memanggilnya Nyonya. Maafkan saya," tutur Jasper sambil mengalihkan pandangan.

Dia menyembunyikan sesuatu. Aku memicingkan mata, curiga. "Jasper, kau tidak melaporkan kondisiku ke Matteo kan?" tanyaku tersenyum mengancam.

Jasper mundur selangkah seraya memasang senyum kikuk. "Te-tentu saja tidak, Yang Mulia. Saya tidak berani."

"Mencurigakan. Kenapa kau gelagapan begitu, hm?" Aku menatapnya tajam, was-was seandainya dia sungguh mengadu kepada ajudan cerewet itu. Parahnya Matteo dengan mulut bawelnya itu pasti akan memberitahukan kepada Aileana juga.

Apa yang akan dipikirkan gadis itu padaku nantinya? Tapi tunggu, kenapa aku menghawatirkan itu? Biarkan saja dia mau menganggapku apa sesukanya.

"Benar, Yang Mulia. Saya hanya terkejut tiba-tiba ditanya begitu. Lagi pula isi surat Matteo dari awal hingga akhir berisikan pujian kepada Lady Pierzo, bahkan ia mengatakan lebih baik menjadi ajudan Lady Pierzo daripada Anda. Dia juga tidak menanyakan bagaimana kabar saya sama sekali," jelas Jasper dengan ekspresi tidak terima.

"Apa lagi yang dia katakan?" aku memainkan—lebih tepatnya memutar— amplop surat dari Aileana.

"Matteo berpesan agar Anda segera membalas surat Lady, jika tidak dia akan mengoceh tepat di telinga Anda selama seminggu penuh tanpa henti, ketika Anda kembali nanti."

Ck, ajudan itu. Niatnya menempatkan dia di sisi Aileana supaya bisa menjaga dan mengawasi gadis itu selama aku tidak ada di ibu kota, tetapi malah dia berpindah kubu. "Dia melaksanakan tugasnya dengan sa~ngat baik ya."

Namun, aku makin heran. Kenapa Aileana bisa cepat akrab dengan orang-orang yang baru ditemuinya? Seakan gadis itu memang mengenal kami semua, bahkan tanpa ragu dia menyentuh wajah buruk rupaku.

Interaksinya juga terlihat alami, tidak ada rasa canggung maupun keraguan di matanya. Aku jadi penasaran dan ingin mengenalnya lebih dalam. Gadis itu menarik atensiku sepenuhnya.

Aku berjalan menuju markas diikuti Jasper di sampingku. Langkahku terhenti kala mengingat sesuatu. "Oh ya, Jasper." Aku menghadapnya. "Apa gadis bernama Ai itu sudah kau temukan?"

Kening Jasper mengernyit. "Maksudnya teman masa kecil Yang Mulia yang berpenampilan langka itu?"

Aku mengangguk sekali sebagai balasan.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukDonde viven las historias. Descúbrelo ahora