Bab 20 - Tepat Waktu!

8K 1.5K 153
                                    

Selang seminggu kemudian, akhirnya toko roti milik Aileana pun dibuka secara resmi. Tentu saja sebagai orang modern, gadis itu memberikan harga promo serta diskon sesuai syarat dan ketentuan.

Tidak sia-sia dia menerapkannya di kehidupan kedua ini. Lihat saja, banyak yang mengantre untuk membeli roti-rotinya.

Para pekerja pun sudah dia rekrut dan diberikan job sesuai kemampuan mereka masing-masing. Aileana tampak puas, tak henti-hentinya dia memasang senyum sejak tokonya dibuka tadi pagi.

Gedung yang diberikan ayahnya mempunyai 3 lantai yang terdiri dari lantai basemen, lantai dasar, dan lantai atas. Lantai basemen tidak pernah Aileana kunjungi karena terlalu gelap, sedangkan lantai atas digunakan sebagai tempat peristirahatan beberapa pekerjanya dan gudang penyimpanan.

Tak terasa waktu cepat berlalu. Petang sudah tiba, saatnya untuk menutup toko. Roti-roti yang dipajang dalam etalase telah ludes semua meninggalkan beberapa remahan di piring. Para pekerjanya sedang sibuk membereskan dapur.

Aileana duduk di dekat jendela, di atas mejanya terdapat secangkir teh hijau yang sudah terminum setengah. Gadis itu baru saja selesai menghitung keuntungan yang dia dapat hari ini. Mendatanya di buku catatan khusus.

"Lumayan juga pemasukan hari ini," gumamnya senang. Aileana lalu bersandar sambil memejamkan matanya. Tepat saat itu lonceng pertanda pintu dibuka berbunyi.

"Maaf, kami sudah tutup. Datang lagi besok," ucap Aileana tanpa melihat siapa orangnya, netranya masih tertutup.

"Lea," panggil orang tersebut nyaris berbisik. Suaranya terdengar lemah.

Aileana mengernyit lalu mengangkat kepalanya. Iris birunya menangkap seseorang yang dikenalnya. "Kak Theo? Sedang apa Kakak di sini?" tanya Aileana bingung.

Theodore menatapnya sayu. Lelaki itu berjalan mendekati sepupunya. "Lea, aku merindukanmu."

Seketika bulu kuduk Aileana meremang. Dia merasa geli mendengar ucapan romantis itu. Dahinya terus mengerut merasa ada yang tidak beres. "....."

"Aku... aku..." Theodore tiba-tiba menarik pergelangan tangan Aileana membuat gadis itu terkejut, mau tidak mau ikut berdiri.

"Hei! Apa yang kau lakukan? Sakit, lepaskan tanganku, Kak Theo!" pekik Aileana tertahan sambil meronta-ronta. Dia berusaha menendang kaki Theodore, namun sayang, itu tidak mempan.

"Tidak! Jika aku lepaskan kau akan kabur dariku lagi. Aku tidak bisa hidup tanpamu. Aku tulus padamu, Lea!" teriak Theodore menggebu-gebu. Dia meletakkan tangan Aileana ke dadanya, "Bisa kau rasakan debaran jantungku ini?"

Aileana semakin meringis kesakitan sebab Theodore makin mengencangkan genggamannya. "Kak Theo... sakit."

Theodore memandang Aileana intens. Bukannya romantis malah menakutkan bagi Aileana. Perempuan itu terus memberontak, meminta dilepaskan namun sekali lagi nihil. Kekuatannya kalah jauh.

"Haruskah aku menodaimu agar bisa memilikimu?" ucap Theodore yang kini beralih mendorong Aileana ke dinding.

Seketika mata Aileana membelalak terkejut. "Kau gila dan menjijikkan. Cepat lepaskan aku, Theodore!" jerit Aileana sembari memukul dada pria itu menggunakan satu tangannya yang bebas.

Theodore terkekeh mendengarnya. "Bukankah berteman dengan lelaki terkutuk itu lebih menjijikkan?" Lalu dia menatap Aileana tajam.

"Jangan pernah menghina Zeno! Zeno tidak bersalah."

"Kau bahkan memanggilnya dengan nama? Apa sebenarnya hubungan kalian berdua?" geram Theodore makin menjadi.

"....." Aileana memilih bungkam.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang