Bab 43 (S2) - Aku Punya Kakak Yang Tampan!

5.6K 1.1K 180
                                    

Aileana POV

Aku tidak tahu aku sedang bermimpi atau bukan. Namun, pemandangan di depanku begitu nyata. Perabotan rumah modern yang tertata rapi, suara televisi yang menayangkan Power Rangers, dan aroma masakan yang harum.

Hal terakhir yang kuingat adalah tanganku yang berlumuran darah dan anak panah yang menancap di bahuku. Dan lokasinya itu di hutan, bukan di dunia modern.

Ini tidak mungkin. "Aku kan sudah mati tertembak sebelumnya," lirihku tercekat.

Aku melepaskan sepatuku, perlahan berjalan masuk. Tanganku meraba-raba permukaan dinding dengan gemetar. Permukaannya yang kasar terasa sangat nyata di sensor kulitku. Tidak ada yang berubah di rumah ini.

Sesampainya di ruang tamu, aku menemukan Leonardo tengah duduk sambil berseru riang ketika pahlawannya berhasil menyelamatkan bumi.

"Leon?" panggilku hati-hati.

Leonardo langsung menoleh. Bocah kecil itu tersenyum lebar menampilkan gigi susunya. "Yeah! Kakak sudah pulang," ujar Leonardo seraya bangkit dan berlari memelukku.

Kedua tanganku semakin gemetar saat merasakan tangan mungil itu memelukku. Aku bahkan bisa menyentuhnya. Suhu tubuh Leonardo begitu hangat. Aku tidak percaya ini. Lantas aku berjongkok menyesuaikan tinggi kami.

Sambil memegang kedua bahunya, aku menelan ludah gugup. "Leon, ini kau kan? Benarkan? Bukan ilusi semata kan?" Aku menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.

"Kakak bicara apa sih? Tentu saja ini aku, adik Kak Mytha yang imut." Leonardo bergaya narsis dengan jari berbentuk V di dagu.

Aku tidak bisa menahan air mataku yang meluncur begitu saja. Aku segera membawa adikku ke dalam dekapanku. "Hiks. Kau tahu, Dek, aku kangen sama kalian sampai mau gila."

Leonardo menepuk punggungku. "Kakak agak aneh hari ini. Padahal baru pulang. Sudah, Kakak jangan menangis. Oh ya. Ibu sedang memasak ayam goyeng krispi kesukaan Kakak loh. Kakak baca pesanku tadi kan? Ayo!" ujarnya dengan nada riang khas anak-anak.

Aku menautkan alisku. Mulutku terbuka ingin bertanya, namun Leonardo sudah menarikku ke arah dapur. Begitu sampai, aroma gorengan menyeruak masuk ke hidungku, bunyi gemercik minyak terdengar begitu menggugah selera. Suasana ini membuatku rindu.

"Ibu. Kakak sudah pulang. Kakak aneh loh, Bu. Masa Kakak menangis pas Leon peluk?" adu Leonardo pada wanita paruh baya yang sedang memunggungi kami.

Wanita paruh baya dengan rambut diikat satu itu menolehkan kepalanya sembari tersenyum memandangku. "Mytha sudah pulang ya? Mandi dulu gih."

Suara yang lembut ini. "Ibu?" panggilku memastikan.

"Hm? Kau sudah lapar ya?"

Aku menggeleng. "Ini benar Ibu kan?"

Ibu menghentikan kegiatannya. Lalu membalikkan badan. "Tentu saja. Kau ini bicara melantur, sepertinya benar-benar sudah lapar. Ganti baju dan cuci tangan dulu ya, baru boleh makan." Kemudian dia melanjutkan kegiatan masaknya.

Napasku tertahan. Keadaan ini membuatku bingung. "Bukankah Ibu dan Ayah sudah meninggal?" tanyaku spontan.

Ibu mematikan kompornya, sedikit terkekeh. "Kau bercanda ya, Myt?"

Aku menghampiri Ibu perlahan. "Hari itu kan kita bertiga mati bersama. Paman menembak kita. Hanya Leon yang selamat."

Ibu berbalik menghadapku dengan senyum di wajahnya yang sudah tidak muda lagi. Lalu menyentuh pipiku dan membelainya penuh kasih. Aku menikmati sentuhan Ibu sambil memejamkan mata.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin