Bab 36 (End Season 1) - Kutukannya Telah Terangkat!

7.2K 1.4K 321
                                    

"Sadarlah, Leana!"

Sontak Aileana tersadar dari fenomena aneh yang baru dia alami tadi. Wanita itu spontan menarik napas panjang lalu menghembuskannya melalui mulut. Bulir bening tidak henti-hentinya mengalir dari kedua matanya.

Aileana meraba pipinya yang basah, matanya juga terasa panas. Eh? Aku menangis?

"Kau tidak apa-apa?" tanya Zeno lembut, ekspresinya begitu khawatir sekaligus lega. Jemarinya dengan cekatan menghapus air mata istrinya. Pria itu juga melepaskan mantelnya dan memakaikannya pada Aileana supaya tetap hangat.

Aileana menatap Zeno lama, di saat bersamaan lintasan memori bersama anak laki-laki berambut hitam itu muncul kembali. Bocah itu... apakah adalah dia?

"Yang Mulia Grand Duke, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Aileana pelan seraya menatap langsung mata suaminya.

Zeno membisu sesaat. Jantungnya berdentum sekali, membuat rongga dadanya terasa sedikit perih dan senang. Apakah rencana memancing ingatan itu berhasil? Bagaimana jika Reynald tahu bahwa Zeno melanggar larangannya?

"Angin semakin bertiup kencang. Lebih baik kita masuk dulu." Zeno memilih tidak menjawab. Ia mengalihkan topik sambil merangkul Aileana tuk masuk ke dalam rumah.

Aileana melepas tangan Zeno kasar dari bahunya. "Kakak Zen," lirihnya yang mampu membuat tubuh Zeno menegang. "Itu Anda kan, Yang Mulia?" Aileana melanjutkan sengaja menggunakan bahasa formal.

Lagi-lagi Zeno terdiam sejenak sebelum menjawab. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Tapi ayo kita masuk dulu—"

"Bohong! Kau mengerti apa yang aku bicarakan. Jawab aku. Apakah bocah laki-laki bersurai hitam yang dipanggil 'Kakak Zen' itu adalah dirimu?" Aileana diliputi kebingungan sekaligus emosional sehingga membentak pria di depannya itu.

Zeno mengusap wajahnya gusar tahu konsekuensi dari kesengajaannya sore tadi. Seharusnya dia mendengarkan larangan kakak iparnya. Tapi di satu sisi dia juga senang karena sepertinya Aileana mulai mengingat dirinya.

"Iya. Kita pernah bertemu sewaktu kecil dulu. Ai adalah panggilanmu. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa kehilangan ingatan, tetapi aku senang bisa menemukanmu lagi."

Aileana tersenyum sinis. "Ha! Jadi kau sengaja ingin membangkitkan ingatanku yang hilang itu dengan memanggilku 'Ai'," katanya dengan lirih. "Tapi terima kasih berkatmu aku dapat mengingat memori yang telah kulupakan."

Aileana yakin kenangan yang baru saja ia lihat itu nyata. Sentuhan, suara, dan semua pemandangan itu semuanya bisa dia rasakan, dia dengarkan, dan dia lihat sendiri. Kehangatan yang selalu ia rindukan. Dadanya kini terasa sangat sesak.

Semuanya asli dialami oleh 'Aileana' sendiri. Tetapi kenapa ingatan itu bisa terkubur seolah-olah sesuatu telah memblokirnya? Aileana bingung, sangat bingung. Seketika dia merasa bahwa dia bukanlah jiwa sesat yang merasuki tubuh ini, melainkan dia benar pemilik tubuh ini. Sebab semuanya terasa nyata, bukan ilusi.

"Apa jangan-jangan aku adalah 'Aileana' yang asli?" tanya Aileana pada diri sendiri dengan suara lirih, nyaris tidak terdengar. Dari dulu sampai sekarang, firasatnya terkadang terbukti benar dan ia juga termasuk orang yang cukup peka. Tapi kepada siapa dia bisa bertanya perihal ini?

"Leana, ayo kita kembali ke kamar," ajak Zeno dari tadi. Pasalnya, bibir wanita itu sudah memucat.

Di mana aku harus menemukan jawaban atas semua kejanggalan ini? tanya Aileana sendiri dalam hatinya. Mendadak kakinya lemas, hampir saja dia terjatuh bila Zeno tidak memegang tangannya.

"Sudah kubilang, jangan terlalu lama di luar. Ayo masuk." Zeno menggeram lalu menuntun istrinya masuk ke mansion.

Aileana menatap wajah Zeno lama, lalu berkata, "Yang Mulia, aku butuh waktu merenung."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now