Bab 67 - Aku Minta Maaf

4.3K 774 94
                                    

Pagi yang cerah dan tenang, disertai udara yang segar, cocok untuk bersantai sejenak sebelum beraktivitas.

Namun, seseorang sudah terlihat sibuk mondar-mandir dengan wajah cemas di sekitar tempat tidurnya, sambil menggigit bibir bawahnya lalu mengusap wajahnya. Berulang kali dia lakukan tanpa bosan.

Kemudian, ia memegang tengkuknya sambil menghembuskan napas pelan. Ini sudah tiga hari lamanya, tapi istrinya tidak kunjung membuka mata. Dia khawatir, gelisah, dan takut, semuanya bercampur aduk menjadi satu kesatuan.

Bahkan sekarang dia memindahkan semua pekerjaannya ke kamar, guna mengawasi istrinya yang masih asyik berkelana di alam mimpi.

Tak dipungkiri ada sekelebat rasa takut menghinggapi hatinya. Apalagi mengingat wanitanya itu bisa saja meninggalkannya lagi ke alam lain seperti terakhir kali.

Ya, dari ingatan terdahulunya yang telah dibangkitkan oleh Tessa, Zeno mengetahui bahwa penyebab Aileana tidak bisa ditemukan sampai akhir adalah karena wanita itu telah meninggal. Penyebabnya karena dibunuh secara tidak sengaja oleh saudara tirinya yang berkepala tomat itu.

Jika tahu ini sejak awal, mungkin Zeno akan pergi menghabisi Bellanca terlebih dahulu. Hukuman pengasingan masih terbilang sangat baik untuk gadis itu. Zeno tidak terima, dia ingin pembalasan yang setimpal.

Mungkin kehilangan lidah, satu mata, satu telinga, lima jari, dan satu kaki yang dipatahkan belum bisa menebus dosa Bellanca.

Zeno berjanji, setelah semua ini selesai, dia akan menemukan Bellanca beserta ibunya. Lalu memberikan hadiah yang tak pernah mereka duga.

Zeno duduk di pinggir kasur sambil menatap Aileana. Mengelus rambut perak yang panjang itu dengan lembut. Istrinya telah melewati kehidupan yang malang lebih dari satu kali, namun ia dapat bertahan dengan baik. Zeno kagum, bangga, sekaligus merasa bersalah.

Seharusnya dia datang lebih awal. Seharusnya dia bisa menemukan gadis kecilnya lebih cepat. Seharusnya gadis kecilnya tidak mengalami kejadian mengerikan itu. Seharusnya ini semua tidak terjadi. Dan seharusnya Aileana tidak pergi lebih dulu.

"Kapan kau akan bangun, Leana?" gumamnya pilu. "Aku kesepian di sini. Aku juga sangat merindukanmu. Jadi kumohon cepat bangun, ya?"

Kemudian dia mendaratkan kecupan di dahi Aileana. Sebelum keluar menuju suatu tempat, yaitu ke ruangan tempat terjadinya perkara.

Ruangan tersebut berantakan, seperti ada badai tornado yang menerjang. Mayat-mayat para pembunuh berubah menjadi debu, hanya menyisakan mantel hitam lusuh mereka. Ini pertama kalinya Zeno melihat efek dari sihir hitam.

Untung saja dia mendengarkan saran Aileana tuk menggunakan kamar tidur lain sebagai tempat jebakan. Apa jadinya jika mereka benaran menggunakan kamar tidur utama? Pasti sudah tak terselamatkan.

Zeno menelusuri ruangan tersebut sekali lagi. Mencoba menemukan petunjuk yang tertinggal. Dia bertanya-tanya, siapa dalang di balik semua ini, ya?

Surat peringatan, pembunuh bayaran profesional, dan sihir hitam. Dari petunjuk-petunjuk itu, sudah jelas bukan hanya satu pihak yang terlibat, melainkan dua atau bahkan lebih.

Walau begitu, Zeno sudah mencurigai seseorang. Daftar teratas orang yang ingin dia menghilang dari dunia ini.

"Apa pak tua itu yang melakukannya lagi?" gumamnya sendiri.

Pasalnya, sudah tiga kali sang Raja menugaskan pembunuh bayaran tuk mengambil nyawanya dulu dan dua kali dari kalangan faksi kerajaan.

Zeno mendengkus. "Lucu sekali jika itu benar. Kapan orang tua itu akan belajar dari kesalahannya dulu sih?"

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang