Bab 41 (S2) - Penyelamatan

4.5K 1.1K 37
                                    

Author POV

Tessa sedang meremas kepalanya. Sudah dua hari penjagaan di tepi hutan ini diperketat. Patroli dari pagi sampai malam tiada henti. Menyebabkan gadis itu susah sekali menyelinap ke gudang ini.

Sesekali pula Tessa melihat Zeno berada di sana dengan wajah yang amat cemas dan gusar. Seakan-akan pria itu sedang mencari sesuatu atau mungkin... seseorang?

"Kenapa wajahnya begitu ya?" tanya Tessa pada dirinya sendiri. "Apa yang sedang dia lakukan di sini?"

Tessa juga berpikir harus berbuat apa pada Aileana. Kemarin malam, Tessa sengaja mengintip perempuan itu dari balik lubang kecil pintu. Aileana tiduran memunggungi pintu, sehingga Tessa tidak bisa melihat jelas kondisi Aileana. Padahal yang dilakukan Aileana waktu itu adalah berusaha melepaskan ikatan talinya.

Tessa menengadah diikuti helaan napas beratnya. Ini sudah hari kedua. "Sudahkah kau memastikan sesuatu dari perempuan itu?"

Zetana dalam wujud manusia berjalan mondar-mandir di depan gadis itu. Dia tampak merenung keras. "Aku yakin wanita itu punya sihir. Tapi kenapa dia tidak melakukan apa-apa dan hanya meringkuk malang begitu?" gumamnya begitu pelan.

"Oi, Iblis Tua! Aku bertanya padamu. Kenapa kau tidak jawab?" seru Tessa dengan nada naik satu oktaf.

Zetana berbalik pada Tessa, dengan cepat bagaikan hembusan angin sudah berada di hadapan gadis itu. Jika saja Zetana tidak menahan sandaran kursi Tessa, pasti gadis itu sudah terjungkal ke belakang karena kaget.

Tessa mendelik tidak suka. "Mentang-mentang kau hampir sempurna, seenaknya mengejutkan orang," sinisnya.

Iblis itu hanya menyunggingkan seringainya. Memang wujudnya masih samar-samar, namun kekuatannya perlahan kembali. Walau begitu, dia tetap harus menghemat energinya sebelum mendapatkan wujud permanen.

"Inilah kekuatan asliku, Nona. Jangan bilang kau tidak ta—"

Duar!

Zetana spontan menoleh. Indranya menangkap aura familier itu lagi. Begitu murni dan lembut. "Akhirnya wanita itu bergerak!" ujarnya senang lalu berubah menjadi gumpalan kabut hitam.

"Hah? Ngomong apa sih?" Tessa lantas beranjak bangun dan keluar dari ruangannya. "Ck. Suara apa lagi itu?"

Situasi gudangnya begitu berisik. Suara orang kejar-kejaran diiringi teriakan bergema. Satu hal yang langsung terlintas dalam benaknya yaitu, para bocah itu.

Tessa bergegas menuju area kurungan tersebut. Sementara Zetana berteriak kesal.

"Bukan. Bukan ke sini, Nona! Tetapi ke arah pintu keluar."

"Berisik! Harus kupastikan anak-anak itu... aman..." Tessa sampai di depan pintu kurungan tersebut. Semuanya tampak berantakan. Pintu besi yang diledakkan, tiang besi yang beku, dan isi sel yang kosong.

"Mereka semua hilang!?"

~~~

Aileana beserta para bocah itu terus berlari dan berlari, sekuat tenaga mereka. Terkadang salah satu dari anak itu terjatuh, membuat Aileana harus berhenti dan menggendongnya.

Saat ini mereka sudah keluar dari gudang tersebut, memasuki area hutan yang mulai gelap. Pohon-pohon tinggi menjulang, daun-daunnya begitu rimbun dan berisik terkena tiupan angin.

Ini suasana yang cocok untuk syuting film horror! pikir Aileana seraya mengedarkan pandangannya. Sesekali dia menoleh ke belakang. Para penjaga berbaju hitam itu sudah tidak mengejar mereka lagi.

Aileana menghentikan langkahnya sembari memegang kedua lututnya. Tubuhnya lelah sekali. "Adik-adik... tunggu sebentar. Kurasa kita sudah aman," ucap Aileana dengan napas tersengal-sengal. Wanita itu sibuk meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now