Bab 24 - Aura Hitam Yang Berbahaya

7.1K 1.3K 224
                                    

Sejak kejadian di lapangan latihan lalu, Reynald terus tersenyum padaku. Padahal anak itu selalu menampilkan ekspresi datar bak papan triplek. Namun, sekarang tiba-tiba dia selalu melempar senyuman kepada siapa pun di mansion ini.

Aku sampai terheran dan curiga dia mengalami korsleting pada otaknya efek latihan terlalu keras. Aku sampai memikirkan spekulasi lain... Apa dia sedang menyukai seseorang ya? Karena itulah suasana hatinya jadi berbunga-bunga tiap hari?

Seperti saat ini, biasanya bocah itu akan menatap sinis Matteo. Tetapi ajaibnya dia tersenyum sepanjang latihan berlangsung. Kujamin Matteo pasti merinding melihat perubahan mendadaknya itu.

"Dipikir berapa kali pun tetap tidak ada jawabannya. Reynald benar-benar misterius," keluhku seraya memainkan daun-daun pohon menggunakan sihir angin.

Memang ya mempunyai sihir itu menyenangkan. Terkadang secara sembunyi-sembunyi bersama Reynald, aku belajar dan melatih segala jenis sihir dari buku panduan yang diberikan bocah itu.

Aku juga bingung dari mana dia mendapatkan buku sihir langka tersebut. Namun, Reynald selalu membuang muka tiap kali aku bertanya. Perpustakaan Ayah kan tidak menyimpan buku magis begitu. Apa jangan-jangan Reynald mencurinya? Bisa gawat kalau ketahuan pemiliknya!

Tapi harus kuakui bahwa aku memang terlahir jenius. Dengan mudah aku menguasai dan mengontrol Mana-ku dengan baik, ini sudah memasuki bulan ketiga sejak aku belajar. Kalau begitu, kenapa 'Aileana' yang dulu tidak menggunakan kekuatannya untuk melawan Molly dan Bellanca? Apa dia tidak mengetahui bahwa dia bisa sihir?

"Kapan-kapan aku akan mencoba menyembuhkan Reynald. Lebih asyik kalau dia bisa berbicara layaknya manusia normal, tidak perlu menggunakan ranting pohon lagi untuk berkomunikasi," kataku sendiri.

"Nyonya," panggil Matteo berlari kecil ke arahku diikuti Reynald di belakang. "Saya lapar. Apakah ada jatah roti isi untuk saya?"

Reynald memasang wajah cemberut seraya menyenggol Matteo menjauh lalu menunjuk dirinya sendiri.

"Jangan berebutan begitu. Aku sudah menyiapkan 6 roti isi daging hari ini. 1 orang dapat 2 kok," ucapku sembari membuka tutup keranjang.

Matteo dan Reynald langsung mengambil dua roti tersebut dan duduk di depanku. Melihat mereka makan begitu lahap membuatku bangga dengan resepku.

"Oh ya, besok adalah hari pertama Reynald bertugas mengawalku loh. Apa kau sudah siap?" tanyaku begitu teringat bocah itu sudah diberi izin oleh Ayah. Katanya anggap saja sebagai latihan untuk masa depan.

"Besok Nyonya mau ke toko ya? Apa saya boleh ikut?" Matteo bertanya dengan wajah polos. "Menyenangkan sekali bisa membantu di dapur. Rasanya seperti kembali ke masa kecil."

Ah, benar... kenangan sebelum keluarganya jatuh bangkrut dan terlilit utang. Matteo kecil akhirnya dijual ke perdagangan budak, namun berhasil kabur dan bertemu dengan Zeno yang kebetulan sedang berbelanja bersama kedua orang tuanya.

"Tentu saja, Matteo. Kau bebas mengikuti ke mana saja sampai tuanmu kembali," balasku tersenyum.

"Eiy~ Nyonya. Jika tuan saya kembali, maka itu artinya Nyonya juga akan ikut ke kediaman Yang Mulia. Sampai saat itu, Nyonya resmi menjadi Grand Duchess dan saya tetap bisa mengikuti Anda ke mana pun sampai akhir hayat," sahut Matteo riang.

Mendadak buluku meremang. Pria muda ini benar-benar pintar berbicara. Baru kali ini aku merasa mendapat saingan.

"Saya dan Reynald juga akan menemani Nona ke mana pun bahkan ke dunia akhirat, bukan hanya Tuan Matteo saja," timpal Selfina yang datang membawa nampan teh.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now