Bab 68 (S2) - Bersiaplah

2.5K 458 103
                                    

Aku memijat keningku, mencoba meredakan kekesalan. Tapi itu tidak berhasil. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi kedua pria berbeda warna rambut di depanku ini.

Seketika lambungku terisi penuh hanya dengan melihat isi piringku dan semua lauk di meja makan ini.

"Apa kalian berdua ingin membuatku menjadi babi, hah?" tanyaku, setengah berteriak.

Sungguh! Mereka berlebihan sekali. Hanya tiga orang di meja makan ini, namun hidangan yang disuguhkan layaknya di perjamuan pesta, banyak sekali. Saking banyaknya bisa untuk memberi makan satu kampung.

Kapan ini semua disiapkan? Aku baru bangun sekitar 4 jam yang lalu. Apa sejak itu? Ah, aku jadi kasihan dengan para koki dan pelayan dapur. Mereka pasti kewalahan memasak makanan sebanyak ini hanya untuk tiga orang saja.

"Tentu tidak, Ai. Tenang saja, kau tidak bakalan menjadi babi, kok. Kau kan tidak mendapatkan asupan nutrisi selama 72 jam. Isi lambungmu pasti kosong. Jadi kami memutuskan agar kau bisa cepat pulih dengan banyak makan," sahut Aileon begitu ceria sambil mengambil sepotong daging panggang dan diletakkannya ke piringku, lagi.

"Betul kata Kakak Ipar, Leana. Kau harus makan yang banyak. Kalau kurang, aku bisa meminta Kepala Koki memasak lagi," timpal Zeno yang juga meletakkan sepotong daging panggang di piringku.

Bibirku spontan terbuka, namun tidak ada kata-kata yang keluar. Apanya yang kurang?! Ini sudah lebih dari cukup. Aku tidak paham di mana letak urat waras mereka berada.

Ah, tapi mereka memang sudah gila dari sananya, sih. Aku bersyukur kegilaan Aileon tidak menular padaku. Atau mungkin ini sifat turunan dari si Ailous?

Hm... aku memandang piringku kembali, sambil menelan ludah. Sebenarnya, cacing dalam perutku sudah merengek sedari tadi, meminta segera diisi.

Tapi kalau makan semua daging ini, kujamin perutku akan membengkak dan aku akan menderita sembelit! Tidak ada serat sama sekali di piring ini!

Aku beralih menatap tajam kedua pria itu. Dan tatapan penuh harap dengan senyuman yang mengembang tercetak jelas sekali di wajah kedua orang tersebut.

Ukh... aku menyerah. Tidak ada gunanya memprotes. Mereka bisa bertambah gila.

"Cih. Kalian kompak sekali. Kenapa tidak menikah saja?" sindirku sambil mengambil garpu dan pisau dengan terpaksa. "Aku sangaaat~ mendukung hubungan kalian."

Kedua mata biru Zeno dan Aileon tampak membulat sempurna. Diikuti suara garpu yang jatuh membentur ujung piring. Aku lantas menaikkan satu alisku heran. Apa mereka begitu syok mendengar perkataanku?

Tanpa sadar aku tersenyum. Kenapa aku tidak terpikirkan untuk mengerjai mereka berdua ya?

"Me-menikah? Aku dengan bocah ini?" ujar Aileon sedikit gagap, seraya menunjuk dirinya dan Zeno. "Ai, kau waras? Apa ada yang salah dengan otakmu? Apa kau memakai kebanyakan sihir sehingga kewarasanmu direnggut?"

Zeno mengernyit tidak senang. "Heh! Siapa juga yang ingin menikah denganmu? Lalu siapa yang kau sebut bocah? Dasar orang tua!" balasnya tidak terima.

"Orang tua? Kau mengataiku orang tua, huh?" ulang Aileon. "Aku masih berumur 28 tahun, tahu!"

"Dan aku sudah berumur 20 tahun!"

"Huh!"

Ckckck... Lihatlah kedua pria dewasa itu. Saling memancarkan percikan listrik, seakan-akan tidak ada yang berniat mengalah, dapat dilihat dari pancaran mata mereka yang sengit.

Aku mengamatinya dalam diam. Mereka tampak seperti saudara sungguhan.

"Romantis sekali, ya, pertengkaran rumah tangga ini," sahutku santai sembari menyendok sepotong daging ke dalam mulutku. "Sepertinya aku sedang menjadi nyamuk."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukМесто, где живут истории. Откройте их для себя