Bab 28 - Ayah Mertua?

6.7K 1.3K 282
                                    

Sudah hampir satu jam aku menatap tajam pria bersurai hitam di depanku ini. Aku tidak habis pikir. Baru kemarin dia pulang dari medan kematian, dan pagi ini dia sudah datang kemari tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Padahal kami bertemu kemarin.

Apa susahnya sih memberitahu lebih dulu? Dikira perempuan itu tidak perlu bersolek?

Bahkan ayah terlihat tidak masalah dan asyik menyeruput tehnya. Tapi kapan keheningan ini akan berakhir? Kenapa kalian saling meminum teh tanpa percakapan sama sekali?

Aku menyilangkan tangan di depan dada, melirik dua orang itu bergantian. "Permisi. Apa kita sedang lomba meminum teh dalam diam?" tanyaku kesal.

Zeno tersenyum padaku, lalu meletakkan cangkir tehnya. "Sepertinya ada yang tidak sabar, Ayah Mertua."

Tunggu! Apa katanya tadi? Ayah Mertua?

"Ayah Mertua? Pasti pendengaranku kemasukan air saat berendam tadi," ucapku sembari mengorek telingaku.

"Aku sudah mendapatkan persetujuan dan restu dari Raja. Jadi tandatangan surat nikah serta pemberkatannya akan dilakukan 2 hari lagi. Apa kau tidak keberatan?" ungkap Zeno serius, tidak menjawab ucapanku.

Aku ternganga, tidak tahu ingin mengatakan apa. Manik biruku memandang Ayah yang belum bersuara sejak tadi. Tolong katakanlah sesuatu!

"Ayah sudah memberikan restu dari awal, Leana. Sekarang tinggal kau yang putuskan. Lagi pula, bulan lalu kau telah resmi menjadi orang dewasa, bukan? Ayah tidak berhak lagi mengaturmu," ujar Ayah terlihat sendu.

"Apa tidak masalah aku menikah lebih dulu daripada Kak Bellanca?" Dipikir-pikir gadis itu sudah berusia 20 tahun tetapi belum mendapatkan calon suami sama sekali.

Ya kalau melihat alur novel sih, tak lama lagi dia juga akan bertemu Kalvin. Biarkan dia dan Tessa berperang mendapatkan hati Kalvin. Setidaknya aku sudah mengamankan Zeno. Haa.... second male lead-ku yang malang.

"Jadi bagaimana, Lady?" ulang Zeno yang entah kenapa terdengar sedikit dingin. "Namun, kita tidak akan mengadakan pesta. Aku tidak ingin ada sesuatu yang buruk terjadi nanti. Hanya tandatangan dan pemberkatan yang disaksikan oleh wali dan pendeta saja."

Aku menganggukkan kepala. "Baiklah. Aku ikut apa pun yang Yang Mulia katakan."

Sebenarnya aku tahu alasan dia melakukan itu. Banyak pasang mata mengawasinya, orang-orang akan memanfaatkan kelemahannya sekecil apa pun. Zeno melakukan ini demi melindungi Marquess dan juga aku.

Semoga pemikiranku tidak salah. Namun, bisa saja ini merupakan kesepakatan awal dua manusia tersebut. Catatan untuk diriku, apa pun yang terjadi pokoknya jangan jatuh cinta terlalu cepat!

"Bagus. Ah, aku hampir lupa. Setelah ini selesai, kau akan pindah ke kediaman Alvaron dan menyandang gelar Grand Duchess. Apa ada yang ingin kau bawa dari sini?"

Aku mengedipkan mata seraya berpikir. Aku tidak mempunyai banyak barang selain pakaian, sepatu, aksesoris rambut dan perhiasan. Apalagi aku bisa membelinya menggunakan uangku sendiri.

"Aku tidak membutuhkan apa-apa," tuturku setelah merenung. Tetapi kemudian aku tersadar akan sesuatu. "Oh! Aku ingin Selfina dan Reynald ikut bersamaku."

Ayah langsung memusatkan perhatiannya padaku. Apa ada yang salah dengan perkataanku?

"Kenapa Reynald harus ikut?" tanya Ayah dengan alis berkerut.

"Karena dia pengawal pribadiku." Bukankah itu sudah jelas bahwa kesatria pribadi pasti akan mengikuti tuannya ke mana pun?

"Ayah paham soal Selfina karena dia mengasuh sejak kecil. Tapi Reynald? Dia masih ke—hmph!" ucapan Ayah terhenti. Ayah meraba mulutnya yang tiba-tiba terkatup rapat. "Hmph...hmph...hmph..."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now