Bab 35 - Kenangan Yang Hilang

6.3K 1.3K 166
                                    

Cahaya jingga matahari menghiasi langit. Sudah memasuki sore hari, toko Aileana pun sudah ditutup. Saat ini dia sedang dalam perjalanan pulang bersama Zeno menggunakan kereta kuda yang sama.

Aileana menopang dagu di jendela, asyik melihat pemandangan yang tiap hari dia lewati tanpa bosan. Pantulan dirinya di kaca terlihat datar.

"Leana," panggil Zeno yang duduk di depannya.

Wanita itu hanya bergumam pendek menanggapi panggilan suaminya.

"Kau marah padaku?"

"Tidak." Aileana menjawab singkat tanpa menoleh.

Ekspresi Zeno berubah cemberut. "Tapi kau menjawabku hanya satu kata saja," balasnya. "Apa karena aku menciummu tiba-tiba tadi?"

Aileana otomatis mendesis, kejadian itu seketika terlintas dalam benaknya. Pipinya kembali bersemu merah. Ah, ciuman pertamaku.

Kali ini Aileana menoleh dan menatap Zeno sebal. "Tolong jangan mengungkitnya lagi, Yang Mulia. Tidak bisakah kau menyimpannya untuk dirimu sendiri?" tuturnya seraya menggembungkan pipinya antara malu dan kesal.

Pria itu lantas tertawa geli, menutupi mulutnya. "Itu terdengar romantis seperti pernyataan bahwa aku milikmu dan kau milikku. Rahasia yang hanya kita berdua ketahui. Lain kali aku akan meminta izin bila mau menciummu," ucap Zeno seraya memandang istrinya lekat-lekat.

Lalu Zeno melipat tangannya, desisan kecil terdengar dari mulutnya. "Tapi tunggu dulu. Kenapa reaksimu begitu? Apa jangan-jangan ini ciuman pertamamu?" tanyanya dengan muka polos.

Blush~

Aileana merasakan hawa panas kembali menjalar permukaan wajahnya. Wanita itu menutupi keseluruhan mukanya yang memerah karena malu. "Me-memangnya kau bukan?" tanya Aileana balik dengan nada gugup. Kepalanya tertunduk tidak berani melihat Zeno meski dari celah jemarinya.

"Hahaha. Reaksimu sekarang makin memperkuat jawabannya." Zeno tertawa puas. "Tentu saja ini juga yang pertama untukku. Apa aku terlihat mahir?"

Aileana mencibir mendengar jawaban yang berani tersebut. Sepertinya urat malu pria berkedok suaminya itu sudah putus. "Cih. Tidak tahu malu."

"Ah~ Apa kau ingin kita melakukannya lagi?"

Wanita itu langsung mengangkat kepalanya, mimik mukanya berubah tercengang. Seumur hidupnya, dia belum pernah digoda maupun tergoda oleh lawan jenis. Tetapi sekarang, jantung dan otaknya seakan melemah.

Lantas Aileana memalingkan wajahnya ke arah jendela lagi. Wanita itu menghalangi sisi wajahnya menggunakan satu tangan sambil memijit pelan pelipisnya. "Berhentilah menggodaku, Grand Duke."

Zeno terkekeh kecil. Merasa puas bisa menjahili wanita di depannya itu.

"Baik. Baik. Tapi kau terlihat menggemaskan, Ai. Itu membuatku jadi semakin ingin menggodamu." Zeno tersenyum misterius mengakhiri kalimatnya. Pria ini sengaja memancing respons istrinya dengan panggilan 'Ai'.

Aileana mengerutkan keningnya seraya berpaling pada Zeno. Mimik mukanya sekarang terlihat serius. "Siapa 'Ai'?"

~~~

Seorang wanita paruh baya mengusap tangan putrinya cemas. Sesekali ia mengelus wajah putrinya yang masih belum sadarkan diri sejak siang tadi.

"Tessa, kau kenapa lagi?" gumamnya khawatir. Kerutan di mukanya tiap hari makin bertambah karena mencemaskan putrinya ini.

Duchess mencium jari-jari mungil Tessa, berharap gadis itu cepat siuman. "Cepat bangun, Putriku."

Perlahan kelopak mata Tessa pun bergerak, terbuka kecil seraya mengerjap beberapa kali. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamarnya yang berwarna putih.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now