Bab 12 - Interaksi Kecil Mereka

11.3K 2K 97
                                    

Setelah sempat tertunda, Zeno dan Jasper berpamitan pada Aileana untuk melanjutkan perburuan mereka. Waktu perburuan tersisa 4 jam lagi. Mereka tidak boleh membuang waktu atau Yang Mulia Raja akan curiga pada kesetiaan Zeno yang tidak mempersembahkan binatang buruannya sama sekali.

"Hati-hati ya," teriak Aileana seraya melambaikan tangannya.

Zeno mengangguk dan menunduk hormat sekilas, kemudian menghilang di balik rimbunnya hutan.

"Apa Anda yakin tidak mau istirahat dulu, Yang Mulia?" tanya Jasper khawatir, sedikit berbisik. Tangannya menggeser ranting yang berada di depan Zeno.

"Tidak perlu. Sakitnya sudah hilang. Ini...." Zeno menunjuk wajahnya. "Tidak akan cepat kambuh dalam beberapa jam," ujarnya tenang.

Jasper menghela nafas berat. "Baiklah." Dia tidak bisa melawan perkataan tuannya. Diam-diam Jasper mengepalkan tangannya. Yang Mulia terlalu keras pada dirinya sendiri!

Sementara itu Aileana masih memandang ke arah hutan sampai Hanford menyadarkannya. "Nona, mari beristirahat. Anda pasti haus," saran Hanford.

"Benar juga. Baiklah, aku akan bergabung dengan kumpulan gadis lemah lembut itu sembari menunggu ayah kembali," kata Aileana sembari berjalan menuju salah satu meja yang berisikan 3 gadis bangsawan lugu sedang bercakap-cakap sambil menutupi mulut mereka.

"Bolehkah aku bergabung dengan kalian?" tanya Aileana sopan. Memberikan senyuman termanis yang dia miliki.

"Tentu saja, Lady Pierzo. Silakan duduk," ucap salah satu dari gadis itu membalas senyum Aileana.

"Terima kasih, kalian sangat baik."

Dan begitulah perbincangan masuk akal dan tidak masuk akal menemani Aileana melewati setengah hari ini. Walau melelahkan, tetap saja dia harus mempertahankan senyumannya. Terkadang tampak tulus dan terkadang palsu, gadis itu tidak terlalu menyukai basa-basi.

Selain itu, percakapan ala gadis bangsawan yang manja selalu tidak jauh dari tipe pria idaman mereka, barang-barang yang diberikan oleh orang tua mereka saat ulang tahun atau perayaan debut nanti, dan topik menggelikan lainnya yang terdengar sangat kekanakan di telinga Aileana.

Aku harus bertahan sampai ayah kembali, sekalian membuat relasi baru. Tapi... KAPAN INI AKAN SELESAI?! Jeritan hatinya yang menangis berbanding terbalik dengan wajahnya yang masih tersenyum menanggapi pembicaraan.

Ya setidaknya dia memilih meja yang benar karena gadis-gadis itu tidak saling melemparkan kata-kata sindiran atau menjatuhkan satu pihak.

Akhirnya, sore itu acara pemberkatan musim berburu pertama telah usai. Theodore dan Marquess Pierzo berhasil menangkap 2 kelinci dan 2 rusa. 1 rusa dipersembahkan kepada Raja mereka dan sisanya dipersembahkan kepada Aileana.

Aileana yang melihat hewan-hewan imut itu masih dengan panah yang menancap tubuh mereka, hampir jatuh pingsan. Pasalnya, tubuh hewan-hewan itu masih mengeluarkan banyak darah dari luka panah tersebut.

"Leana! Kau tidak apa-apa?" tanya Hendrik khawatir dengan kondisi putrinya. Pria paruh baya itu dengan gesit menangkap tubuh Aileana yang hampir ambruk.

Jari lemah Aileana menunjuk penyebab dia hampir kehilangan kesadaran diri itu. "Tolong singkirkan itu, Ayah. Aku tidak bisa melihat darah," ucapnya. Sekujur tubuhnya lemas ketika melihat cairan merah itu terus mengalir keluar.

"Theodore, cepat singkirkan hewan-hewan itu dari hadapan Leana sekarang juga!" perintah Hendrik dan segera dilaksanakan oleh Theodore yang juga panik melihat reaksi tunangannya itu.

"Aku benci darah," bisiknya lirih di dekapan sang ayah. Baik di kehidupan sebelumnya dan kehidupan sekarang, gadis itu membenci cairan merah lengket berbau amis itu. Dia mempunyai fobia terhadap darah.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukOnde histórias criam vida. Descubra agora