Bab 59 (S2) - Raja Yang Curiga

3.5K 861 227
                                    

Herman menopang dagu seraya mengetuk pelana kursinya. Pertemuannya dengan Grand Duke Alvaron tadi pagi menyita pikirannya.

Ada sesuatu yang menjanggal di sini. Tidak. Semua tindakan Grand Duke Alvaron memang selalu menjanggal di hatinya. Terutama yang sekarang. Paras Grand Duchess sangat berbeda dengan warga asli Kerajaan Aldrich.

Rambut perak yang bersinar, netra biru yang jernih, dan kesan angkuh di wajahnya, seperti menyiratkan wanita itu bukanlah orang sembarangan. Seolah-olah menandakan statusnya setara dengan Herman. Ditambah lagi rupanya tampak tidak asing. Karena inilah dia terus memikirkan wanita itu seharian ini.

"Kau lihat, Jones? Penampilan Grand Duchess Alvaron itu mengingatkanku pada seseorang," ucap Herman kepada ajudan setianya.

Jones mengalihkan fokusnya dari dokumen yang sedang ia kerjakan ke sang Raja. "Siapa yang Anda maksud, Yang Mulia?"

"Kaisar Argose. Penampilan wanita itu dan Kaisar Argose sangat mirip. Dari rambut peraknya, bola mata birunya yang tampak mengancam, tatapan angkuhnya, dan kepercayaan diri yang tinggi. Terlebih lagi wanita itu memiliki semua ciri-ciri sebagai seorang penyihir yang terpilih."

"Saya juga merasakan hal yang sama, Yang Mulia. Grand Duchess Alvaron itu seakan-akan mengeluarkan aura yang berbahaya," timpal ajudan tersebut setuju.

Dia sudah merasa tidak enak badan sejak Aileana memasuki ruangan. Wanita itu seolah-olah membawa sesuatu yang murni nan kuat yang bisa menyapu segala hal buruk dan gelap.

Raja mengelus dagunya. "Aku pikir anak itu malu karena menikahi seorang budak yang didapatkannya dari perang. Sehingga dia memilih menyembunyikan identitas istrinya dengan berdalih istrinya pemalu. Tapi ternyata... dia mendapatkan berlian yang bersinar. Bagaimana mereka bisa menikah?"

"Padahal Marquess Pierzo dan dia sama sekali tidak pernah berinteraksi ataupun sekadar bertemu. Tapi kenapa bisa?" imbuh Herman kebingungan.

"Saya rasa Anda tidak boleh kalah dan juga harus mengikat Marquess Pierzo ke sisi Anda, Yang Mulia. Sebab di antara semua bangsawan, Marquess Pierzo termasuk susah didekati. Dia tak bergabung dengan fraksi mana pun. Dia netral," saran Jones. "Namun, Marquess Pierzo mempunyai kedudukan yang kuat.

Sang Raja menganggukkan kepalanya seraya berkata, "Benar juga. Dengan menggaetnya, aku bisa mendapatkan yang aku inginkan, kekuatan dagang dan kekayaan. Bukankah kau bilang Marquess punya anak perempuan lagi? Aku harus membuatnya menjadi selir putraku."

"Itu benar, Yang Mulia. Tapi sayangnya, gadis itu tidak lagi terdaftar dalam keluarga Pierzo," jawab Jones yang mendapatkan tatapan terkejut dari Herman.

"Mengapa begitu?" tanya sang Raja dengan suara ditinggikan.

Jones menatap rajanya dengan raut serius. "Karena Marquess Pierzo sudah menceraikan istri keduanya dan mengusirnya dari kediaman. Sudah dua bulan berlalu."

"Hah? Bukankah hukum di kerajaan ini tidak memperbolehkan perceraian?" Kali ini Herman berdiri dari kursinya sembari menggebrak meja kerjanya. "Berani-beraninya dia..."

"Itu benar, Yang Mulia. Namun, apabila terjadi kasus berat dengan alasan yang masuk akal, perceraian boleh dilakukan. Anak tiri itu berusaha membunuh putri kesayangan Marquess, Yang Mulia."

Raja menangkupkan tangan ke wajahnya, kemudian mengerang kesal. "Sial! Tahun ini merupakan tahun yang buruk. Ditambah lagi peramal itu gagal pula. Tidak ada yang berjalan sesuai kuharapkan," keluhnya.

Ajudan itu menghela napasnya. "Sepertinya Anda harus beristirahat dulu, Yang Mulia. Besok Anda harus hadir sebentar di acara perayaan kedewasaan para anak bangsawan."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now