Bab 33 - Selama Ini Dia Ada Di Dekatku

6.2K 1.2K 128
                                    

Zeno POV

Aku tidak sadar ternyata tanggal telah berganti. Namun, harusnya kutukan itu kambuh pada malam hari bukan subuh. Aku tidak tahu kenapa semenjak 3 tahun lalu gejalanya menjadi tidak konsisten seperti dulu pertama kali kambuh.

Tidak mengenal tempat dan waktu. Dan jujur saja ini sangat menyusahkanku. "Garis keturunan Alvaron akan berhenti di aku. Aku tidak ingin anak ataupun cucuku merasakan hal serupa," lirihku sembari memandang Aileana yang tengah tertidur lelap.

Cukup lama aku memandangi wajah wanita itu. Pikiranku berkecamuk, perasaan bersalah pelan-pelan menggerogotiku. Lebih baik aku tidur di ruang kerja saja.

"Belakangan ini, kutukannya sering kambuh tanpa mengenal waktu. Terima kasih sudah membantuku," gumamku kecil. Aku tidak yakin dia bisa mendengarku.

Kemudian aku menyelimutinya dan keluar dari kamar sebelum aku tidak sengaja membangunkannya. Aku kembali ke ruang kerjaku, menutup pintu lembut.

Aku menatap jendela yang terbuka, aroma embun menyeruak hidungku, langit mulai berubah menjadi biru sedikit terang. "Ah, sebentar lagi matahari akan terbit," kataku tersenyum kecut.

Lalu tiba-tiba sebuah pisau belati yang entah dari mana melesat cepat ke arahku. Dengan cekatan aku menghindarinya. Benda tajam itu menancap sempurna di pilar dinding.

"Siapa?" tanyaku seraya bergegas meraih pedang yang tersandar di meja kerja.

Seorang pria terhalang sinar rembulan duduk di kusen jendela dengan satu kaki terangkat. Kapan dia berada di situ? Aku menyipitkan mata kala melihat warna rambutnya. Rambut perak?

"Wah~" Orang itu bertepuk tangan. "Refleksmu boleh juga. Terlihat sekali kau adalah orang yang terampil. Tidak heran kau selalu memenangkan peperangan," ucapnya dengan nada tidak bersahabat.

Aku memiringkan kepala bertanya-tanya. "Siapa kau?"

Orang itu memulas senyum culas, lalu berdiri dari duduknya, berjalan ke arahku. "Aku? Hm... adalah seorang penyihir yang menjaga adiknya dari orang-orang jahat, terutama kau. Hanya itu saja yang boleh kau ketahui."

Orang yang mengaku sebagai penyihir itu memajukan wajahnya. "Apa ada pertanyaan?"

Berkat cahaya lampu, aku bisa melihat jelas penampilan orang tersebut. Iris matanya berwarna biru jernih, mengingatkanku pada Aileana. Ditambah lagi sekilas struktur wajahnya memiliki kemiripan dengan Aileana

Tunggu, tadi dia bilang menjaga adiknya. Jangan-jangan dia benar kakaknya Aileana?

"Apa kau adalah saudaranya Leana?"

Pria itu tersenyum lebar menampakkan gigi rapinya. "Iya, lebih tepatnya aku kakak kandungnya. Dengan kata lain, aku ini adalah kakak iparmu, Grand Duke." Kemudian berjalan menuju sofa dan duduk di sana.

Aku menatapnya penuh selidik dari atas ke bawah. Walau mirip tapi tetap saja mencurigakan. Aku tidak mudah percaya pada orang asing, terlebih lagi orang dewasa. "Benarkah?"

"Terserah kau mau memercayainya atau tidak," balas orang itu sembari menjentikkan jarinya. Secara ajaib pisau belati yang tertancap tadi sudah berpindah ke tangannya. Lalu pisau itu mengeluarkan cahaya kuning seperti terbakar, kemudian hancur menjadi abu.

Mataku mengerjap bingung sekaligus terkejut. Tanpa perlu berdiri dan mencabutnya dengan tangan, dia hanya perlu satu jentikan jari saja? Lalu apa-apaan itu? Dia menghancurkan pisau segampang itu?

"Kau bukan manusia," komentarku spontan.

Penyihir itu menyeringai sinis. "Tentu saja bukan. Penyihir ada di atas kasta manusia. Kami ini spesial dibandingkan kalian."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now