Bab 37 (Open Season 2) - Perlakuan Yang Manis

6.2K 1.2K 222
                                    

Pagi hari menjelang, kicauan burung membangunkan Zeno dari tidurnya. Matanya mengerjap perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Dia menengok ke samping dan terkejut tidak menemukan Aileana.

"Bantalnya rapi. Ke mana dia?" gumam Zeno dengan suara serak khas bangun tidur.

Saat dia berusaha bangun untuk duduk, dia merasakan tangan kanannya hangat seolah ada yang menggenggamnya. Lantas Zeno menoleh dan mendapati Aileana tengah tertidur pulas dengan posisi duduk dan menggunakan lengan mungilnya sebagai bantal.

Seulas senyum terangkat. Zeno melirik posisi tangan mereka yang bertautan tanpa celah. Ia memandanginya lama lalu menyingkirkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah istrinya sembari bergumam, "Terima kasih sudah menolongku."

Pria itu samar-samar mengingat kembali kejadian semalam sebelum tidak sadarkan diri. Di mana Aileana tengah berjuang membantunya yang kesakitan. Memang dia tidak heran atau curiga, dikarenakan Zeno sudah mengetahui identitas istrinya yang merupakan seorang penyihir dari seseorang yaitu Reynald.

Namun, dia belum mengetahui bahwa kutukannya telah sepenuhnya terangkat. Tidak ada lagi mimpi buruk di wajahnya dan kesakitan pada bulan-bulan berikutnya. Dia telah terbebas dari penderitaan.

Perlahan dia melepaskan tautan tangan mereka. Lalu turun dari kasur seraya mengangkat Aileana, memindahkannya ke atas ranjang. "Punggungmu pasti akan bengkok kalau tidur begitu."

Sesudah itu dia menarik selimut sampai ke dagu istrinya, tidak lupa mendaratkan kecupan di kening Aileana. Wanita itu menggeliat sebentar lalu terlelap lagi.

Kemudian Zeno melangkah ke arah pintu, melewati kaca besar yang tergantung di dinding. Bayangannya terpantul di sana. Merasa ada yang aneh, dia berjalan mundur kembali ke kaca tersebut.

Lalu perlahan dia membalikkan badan. Alangkah terkejutnya ia melihat wajahnya sendiri. "Garis kutukannya tidak ada?!" seru Zeno sambil meraba permukaan wajahnya. "Kenapa bisa hilang? Biasanya garis hitam itu bertahan dua harian."

Lantas dia memalingkan muka ke arah Aileana yang masih tidur. "Apa yang telah kau lakukan padaku semalam?" gumamnya.

~~~

Ruangan gelap yang biasanya sunyi tiba-tiba menjadi berisik. Teriakan demi teriakan bergema, begitu pilu nan menyayat hati. Bayangan ditembok yang tercipta dari obor, menampilkan seorang anak baru saja ditebas dan jatuh mengenaskan ke lantai yang dingin.

"Ini anak yang ke-15, Nona," sahut pelaku sadis itu.

Seorang gadis menatap datar ke tumpukan mayat itu sambil menyilangkan kaki. "Segera peras darah mereka sampai titik terakhir dan ambil organnya selagi tubuh mereka masih hangat," titahnya.

"Baik, Nona." Orang itu menyuruh beberapa rekannya membawa tubuh pucat itu keluar.

Jemarinya yang lentik mengambil gelas anggur dengan anggun. Sebelum meminumnya, dia melihat cairan merah pekat itu. Ukh! Kalau bukan karena demi si Iblis Tua ini, aku tidak akan mau meminum cairan menjijikkan ini.

Mengambil napas panjang, dia meneguknya. Matanya terpejam dengan kening berkerut ketika merasakan bau anyir memenuhi rongga mulutnya.

"Cukup sudah! Aku tidak mau meminum anggur yang dicampur tetesan darah lagi. Ini sudah gelas kedua dan aku sudah muak," decaknya sebal.

Kabut hitam seketika muncul di hadapannya. "Bertahanlah. Setelah ini kau tidak perlu minum air merah itu lagi. Tinggal melakukan ritual pengisian batu sihir seperti biasanya."

Tessa mendelik kesal. "Sejauh ini sudah 55 anak yang dibunuh. Sepertinya 5 anak lagi cukup. Organ yang dikumpulkan untuk ritual sudah terlalu banyak," ucapnya. "Aku capek harus menyelinap tiap malam untuk membuangnya."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now