Bab 61 (S2) - Jawaban

3.3K 773 218
                                    

Matahari mulai naik, namun udara masih terasa sejuk. Sebuah kereta kuda berhenti di depan gerbang kastil kediaman Alvaron. Kereta kuda itu tampak mewah dengan ukiran emas di setiap sudutnya, memperlihatkan status si penumpangnya.

Pintu kereta di buka, seorang gadis cantik dengan surai karamel turun dengan anggun. Mengenakan gaun putih tulang dengan lengan transparan, rambut gelombang yang tergerai, dan riasan tipis, membuat siapa saja bisa terpana melihatnya.

Tessa menyelipkan anak rambutnya ke sela-sela telinga sembari tersenyum malu-malu. Dia yakin penampilannya dapat menjerat lawan jenis ke pelukannya. Lantaran penjaga gerbang tadi terlihat tersipu melihatnya.

Pasti dandanku luar biasa sampai mereka merona begitu, pikir Tessa puas.

Seorang pelayan wanita sedari tadi telah menunggu gadis itu di depan pintu masuk. Atas perintah dari Grand Duchess, pelayan tersebut memberikan senyum terbaiknya.

"Selamat datang di kediaman Grand Duke Alvaron, Lady Brisia. Saya Marika, pelayan yang ditugaskan oleh Grand Duchess untuk menyambut dan memandu Anda hari ini. Mari saya mengantar Anda menuju ke tempat yang sudah disiapkan oleh Yang Mulia Grand Duchess," sahut pelayan tersebut sembari merentangkan satu tangannya ke depan.

Gadis itu tersenyum sekilas. "Terima kasih, ini sambutan yang hangat," balasnya seraya menegakkan punggung dan dagunya. Dari saudara tiriku yang satu lagi.

Suara ketukan sepatu terdengar di sepanjang lorong. Tessa melirik ke sana ke mari. Berharap dia bisa berpapasan dengan pemilik kediaman ini secara tak sengaja.

Tempat ini tidak berubah sama sekali, ya, batin Tessa tanpa sadar sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Perjamuannya diadakan di taman, Lady. Tamannya sangat cantik karena Grand Duchess merawatnya sepenuh hati. Anda pasti akan betah selama berada di sini," ucap Marika ramah.

"Ya, aku pikir juga begitu," jawab Tessa cepat dengan percaya diri. "Tidak ada yang berubah dari kediaman ini. Senang sekali bisa kembali lagi ke sini."

Pelayan tersebut terkejut, refleks membalikkan badannya. "Maaf?" Kapan Nona Muda ini pernah berkunjung ke mari? Aku tak mengingatnya sama sekali.

Sadar akan ucapannya, Tessa menutupi mulutnya dengan satu tangan. "Hohoho. Maksudku kediaman bangsawan tertinggi itu hampir mirip-mirip. Jadi senang rasanya seperti pulang ke rumah sendiri," elaknya memasang senyum tipis.

Tidak. Sejujurnya kediaman Zeno lebih mewah daripada kediaman Duke Brisia. Tessa membatin. Sudah lama sekali dia tak berkunjung ke mari.

Menepis kecurigaannya, Marika tersenyum. "Ah, begitu rupanya. Baiklah, Lady. Mari kita melanjutkan perjalanannya. Sebentar lagi kita akan sampai di taman."

"Ya."

Selang beberapa menit kemudian, mereka akhirnya tiba di pintu pembatasan antara taman dan gedung utama. Di pusat taman, terdapat gazebo putih yang besar dan terlihat mewah dengan ukiran akar emas di sisinya. Tempat itu terlihat nyaman nan indah dengan hamparan bunga warna-warni mengelilingnya.

"Kita sudah sampai, Lady. Saya akan menyampaikan kepada Grand Duchess bahwa Anda menunggunya. Permisi, Lady." Marika menundukkan kepalanya singkat lalu pergi dari sana.

Tessa menengok pelayan tersebut berlalu dengan tak berselera. "Ck. Kediaman ini sudah terkontaminasi sentuhan Lean," decaknya kesal.

Kemudian gadis itu berjalan menuju gazebo untuk mengistirahatkan pantatnya. Tetapi baru tiga langkah dia beranjak, tubuhnya membeku, seolah-olah dia tersihir.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now