Bab 64 (S2) - Dua Iblis Dalam 1 Ruangan

3.1K 683 91
                                    

Aileana POV

Aku memakan sarapan—ah ralat, seharusnya ini makan siang, dengan tidak berselera. Kenapa makan siang?

Itu karena aku dan Zeno bangun kesiangan akibat kegiatan semalam. Aku merutuki diriku sejak bangun tadi.

Katanya orang kalau mabuk, pasti tidak akan ingat memori yang mereka lakukan. Ada juga sih yang mengingat sebagian. Tapi kenapa aku bisa mengingat semuanya dengan detail?!

"Bahkan aku memanggilnya 'Beruang Jeli'. Kekanakan sekali," lirihku sambil mengaduk-aduk sup tulang sapi panas. Ini sup pengar buatan Selfina.

Kalau aku tak ingat kan, aku pasti bisa menghadapi Zeno dengan ceria seperti biasanya. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, sejak bangun tadi, aku terus menghindarinya sampai waktu makan siang bersama tiba.

Tidak. Aku tidak menyesalinya sama sekali, tapi aku malu. Biasanya kan pria yang memulainya duluan, bukannya wanita. Aku malah melakukan kebalikannya. Bagaimana tanggapannya padaku setelah kejadian itu?

Aku sudah lama tak merasakan kegelisahan semacam ini. Tanpa sadar aku terus menunduk sambil memainkan sendokku. Ehem... sejujurnya aku menikmatinya. Itu menyenangkan.

Aduh, wajahku memanas mengingat itu kembali. Aku lantas mengipas udara di sekitarku dengan tangan. Leana, sejak kapan kau menjadi orang mesum, hah?! Ada yang salah dengan otakmu.

"Ada apa, Leana? Dari tadi kulihat kau tak menyentuh makananmu. Ada sesuatu yang mengganggumu, hm?" tutur Zeno, membuatku terlonjak kaget, hampir jatuh dari kursi.

"Y-ya? Ah, tidak apa-apa. Aku hanya tak bernafsu makan saja," tukasku gugup. Kentara sekali kalau aku berbohong.

"Apa ini gara-gara semalam?" ungkitnya to the point.

Seketika tubuhku membeku. Aku mendongak memandangnya sambil menelan ludah spontan. Tatapan kami bertemu. Aku bingung harus menjawab apa, jadi aku menurunkan pandanganku lagi.

"Sudah kuduga. Melihat dari reaksimu, sepertinya kau tidak menyukainya." Ada kesedihan yang terselip di kalimatnya.

Spontan aku mengangkat kepalaku dan menggeleng cepat. Menghindari kesalahpahaman yang tak berguna.

"Bukan begitu. Aku tidak bilang tidak menyukainya. Ekhem... m-melainkan sebaliknya. T-tapi..."

"Tapi?"

"Aku malu," cicitku sembari menggigit bibir. "Telah memperlihatkan sisi gilaku yang memalukan. Justru aku takut kau bakalan menganggapku wanita agresif yang—"

Tiba-tiba Zeno tertawa kecil, menyebabkan aku menghentikan ucapanku. Aku mengernyitkan dahiku seraya menatapnya bingung. Kenapa orang ini?

"Tidak. Aku tak pernah menganggapmu begitu. Mau kau agresif atau lemah, kau tetaplah Aileana, istriku tercinta. Jadi tetaplah menjadi dirimu sendiri. Tak perlu malu," ucapnya dengan tersenyum memandangku.

"Namun, kau hanya boleh menunjukkannya padaku. Hanya padaku, bukan orang lain! Ah, tapi menurutku konsep wanita lemah kurang cocok untukmu," lanjut Zeno tanpa melunturkan senyum manisnya.

Aku terhenyak. Kuyakin pipiku saat ini sudah dihiasi rona merah muda. Dari kalimat terakhirnya, aku menangkap satu arti. Dengan kata lainnya...

Zeno suka wanita yang agresif?!

~~~

Malam ini langit berselimutkan awan hitam tebal. Bintang-bintang jadi tidak terlihat sama sekali di angkasa. Udara bertiup dengan kencang, seolah menandakan musim dingin segera tiba.

Kediaman Alvaron tampak gelap, tidak biasanya. Seakan-akan pemiliknya tengah menunggu kedatangan seseorang untuk memberikan kejutan. Suasananya agak mencekam.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now