Bab 40 (S2) - Rencana Kabur

4.9K 1.2K 157
                                    

"Kau sudah menemukan jejak istriku berada?" tanya Zeno sambil memandangi luar jendela. Hamparan bunga di kebunnya terlihat tidak menarik sama sekali.

Jasper menatap punggung Zeno lalu menunduk. "Belum, Yang Mulia."

Helaan napas terdengar dari pemilik surai hitam itu. Ini sudah dua hari sejak istrinya menghilang, atau lebih tepatnya diculik. Zeno lalu berbalik menuju meja kerjanya.

"Telusuri hutan itu sekali lagi. Tidak mungkin tidak ada rumah persembunyian di sana," titahnya tegas. "Terutama gudang terbengkalai itu." Matanya tampak lelah, namun dia tidak berniat istirahat sampai Aileana ditemukan.

Pada hari Aileana diculik, Zeno langsung berangkat ke lokasi yang diberitahu oleh Jasper. Hanya terlihat bekas pertarungan saja di sana. Tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain lagi. Bahkan mayat pun tidak ada.

Jasper sampai terheran-heran. Padahal jelas-jelas dia dan Kalvin sudah membunuh orang-orang itu. Namun, tidak ada petunjuk sama sekali.

Zeno pusing. Kasus penculikan anak belum selesai, sekarang ditambah istrinya diculik pula. Prioritasnya jadi berubah. Dia menyerahkan investigasi penculikan anak pada Matteo, sedangkan ia dan Jasper yang akan mencari Aileana.

"Sial! Ini sudah dua hari," geram Zeno sembari memukul mejanya.

Tepat saat itu di luar ruangannya, terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa. Matteo masuk dengan ekspresi terkejut sekaligus waspada.

"Yang Mulia Grand Duke, kita kedatangan tamu penting," lapor Matteo dengan nada serius.

"Siapa?" balas Zeno dengan dingin. Dia sedang tidak ingin diganggu sekarang.

"Aku." Kalvin muncul dari samping Matteo dengan wajah tanpa ekspresi. Matanya menatap tajam Zeno.

Zeno lantas berdiri, menatap balik Kalvin dengan tidak suka. "Untuk apa Yang Mulia Putra Mahkota datang ke sini?"

Kalvin berjalan menghampiri Zeno sambil memasukkan tangannya ke dalam saku. Kini dua pria berbeda warna rambut itu tengah berdiri berhadapan dengan meja sebagai pemisahnya. Tinggi mereka yang sama menyejajarkan mata biru mereka. Dua orang itu saling melemparkan tatapan tajam.

"Tentunya untuk membahas kasus penculikan anak yang lagi marak." Kalvin menjawab dengan datar, lalu melanjutkan, "Dan kasus penculikan Grand Duchess Aileana Frischella De Alvaron."

Pupil Zeno mengecil namun raut wajahnya tetap dingin, tangannya otomatis terkepal. "Bagaimana kau bisa tahu istriku?"

Author POV End

~~~

Aileana POV

Aku menekuk lutut, menggambar lingkaran di lantai batu yang dingin ini dengan telunjukku. Sesekali menghela napas bosan.

"Hei, Cu. Kau tidak apa-apa?" tanya Ailous. Sudah begini dia baru bertanya apa aku tidak apa-apa?

Sepertinya bola matanya harus dibersihkan dan diberi cairan tetes mata, lalu diseka sampai mengilap. Aku memilih diam saja. Kenapa pula dia sering memanggilku 'Hei, Cu'? Seperti mengumpat kata kasar saja.

Aku menatap pergelangan tanganku yang memerah. Bekas ikatan itu berubah menjadi memar. Aku meringis melihatnya. Bisa saja aku menghilangkannya, tapi tidak di depan banyak orang begini.

"Tidak salah lagi kau dan Aileon satu gen. Bagaimana bisa sifat menyebalkan kalian mirip, huh?"

"Saya tidak mengatakan apa-apa tuh. Kenapa Anda sensi seperti perempuan?" serangku. "Lalu siapa sih Aileon? Anda menyebut namanya terus."

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang