Bab 26 - Batu Permata Raja

6.3K 1.3K 165
                                    

Bangunan yang megah nan kokoh itu merupakan tempat tinggal impian bagi sebagian orang. Terlindung dari panasnya cuaca dan ganasnya badai. Siapa yang tidak ingin menghabiskan masa tuanya dengan tenang di istana ini?

Namun, ketenangan dan kesunyian itu tidak berlaku sang pemilik istana. Paviliun bagian barat merupakan tempat terlarang bagi siapa pun. Hanya sang Raja yang boleh menginjakkan kakinya di sana.

Di ruang bawah tanahnya yang lembap dan dingin, terdapat kegiatan yang mencurigakan di sana. Minimnya pencahayaan dari obor api yang perlahan meredup tidak menghalangi seseorang menuruni anak tangga dengan gagah.

Raut wajahnya begitu congkak. Manik birunya mengawasi para pekerja dengan tajam. "Apa hanya sebanyak ini yang kita dapatkan?" tanyanya dengan suara berat.

"Menjawab Yang Mulia Raja. Benar, Yang Mulia. Akhir-akhir ini hujan badai terus terjadi di Hutan Acasha, para pekerja banyak yang meninggal akibat tertimpa ranting pohon yang jatuh. Sepertinya peramal itu tidak membual, Yang Mulia," jawab sang ajudan seraya menunduk.

Orang yang dipanggil Yang Mulia Raja itu hanya berdeham sebagai respons. Lalu dia mengambil satu batu permata safir berukuran sedang, mengamatinya lekat-lekat. Batu permata yang belum terasah itu bersinar dalam kegelapan.

"Suruh mereka mengasahnya dengan baik. Aku mau memberikan sebagian batu permata ini kepada Kaisar Argose yang kurang ajar itu. Hah... Mentang-mentang dia naik takhta di usia 16 tahun, beraninya menolak permintaan berkunjungku," ucapnya diakhiri geraman melalui sela-sela gigi.

Ruangan khusus itu berisikan batu-batu mulia yang terkumpul dari Hutan Acasha. Terdapat sebuah gua misterius di sana, dinding-dindingnya dipenuhi ratusan batu berkilau mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar.

Kerajaan dengan cepat mengambil langkah menutup area tersebut untuk umum guna mencegah orang lain memilikinya. Batu-batu permata yang ada di gua tersebut bukanlah batu perhiasan biasa, namun mengandung unsur sihir di dalamnya.

Batu permata akan dipoles dan diasah menjadi batu mulia. Permukaannya akan terlihat lebih jernih dan keras sampai memancarkan spektrum cahaya yang menghipnotis mata. Lalu tahap akhirnya, batu tersebut akan diisi dengan sihir. Begitulah proses pembuatan batu sihir.

Setelah itu bentuknya akan diubah menjadi pernak-pernik atau perhiasan pada umumnya, agar tidak ada yang curiga. Hanya orang yang terlahir dengan sihir bawaan yang bisa mendeteksinya.

Konon katanya, apabila ada orang yang berhasil mengumpulkan seribu batu sihir maka ia dapat memanggil Dewa Ailous dan mendapatkan petunjuk mengenai sang pemilik anugerah bintang. Sedangkan bagi penyihir, kekuatannya akan berlipat ganda dan berumur panjang, namun tetap awet muda.

Rata-rata para penyihir murni hidup sampai umur 150 tahun, bahkan ada yang lebih. Manusia biasa terkadang iri terhadap keistimewaan yang dimiliki oleh penyihir. Namun, mereka tidak tahu bahwa para penyihir sebenarnya mempunyai satu kelemahan.

Raja Aldrich berjalan pelan melihat-lihat batu permata yang sudah terasah. Ada yang dibentuk menjadi liontin, gelang, dan cincin. Pekerja di sana sedikit gemetar mengetahui kedatangan Raja yang mendadak. Mereka juga tidak bisa menyapanya ataupun menjawab.

Karena mereka semua tidak mempunyai lidah. Indra pengecap mereka dipotong agar mereka tidak menyebarkan apa yang mereka lihat maupun yang mereka kerjakan. Ada juga yang kehilangan beberapa jarinya karena ketahuan mencuri batu tersebut.

"Jones, awasi mereka baik-baik. Jangan biarkan satu pun batu permata lecet," titah Raja Aldrich sembari menaiki tangga. Baru pijakan kedua dia berhenti. "Jika ada goresan kecil, potong tangan mereka dan usir dari sini. Mengerti?"

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ