Bab 7 - Terpaksa Mengikuti Keinginan Marquess

13.4K 2.2K 81
                                    

"Lea—"

"Sudah kubilang aku tidak mau! Aku menolak menikah!" tolakku dengan nada suara makin tinggi.

Marquess berusaha menghampiriku dengan raut sendu, tapi aku langsung mengangkat satu tanganku. "Ayah, berhenti di situ dan berbaliklah. Lalu kalian semua, satu keluarga, keluar dari kamarku sekarang!"

"Tapi Leana—" Ucapan Marquess langsung aku potong sembari memijit pelipisku.

"Kumohon, tinggalkan aku sendiri. Aku butuh waktu." Aku muak dengan kehidupan Aileana!

"Nona, air mandinya sudah saya siap—" Selfina langsung mengatupkan bibirnya dengan kedua tangan. Terkejut dengan kehadiran Marquess dan Marchioness di dalam kamarku.

"Selfi, kau juga keluar," pintaku lirih.

"Tapi Nona..."

Aku menatapnya tajam, membuat Selfina menutup bibirnya kembali.

"Ah ya baik, Nona. Saya akan menuruti perintah Anda."

Marquess membuang nafasnya kasar, lalu dia berbalik dan akhirnya semuanya juga keluar diikuti pintu yang menutup. Cepat-cepat aku bangkit dari kasur dan mengunci pintu.

Aku merosot jatuh ke bawah, bersandar di pintu. "Setahuku hukum pernikahan di sini adalah berumur 18 tahun. Apa aku salah mengingatnya?"

"Seharusnya memang 18 tahun. Tidak mungkin aku lupa. Atau jangan-jangan otak Marquess sedang tidak beres? Bisa-bisanya dia melanggar hukum negeri ini," gumamku sendiri.

Aku memutuskan untuk mengurung diri di kamar dan tidak berniat ikut makan malam bersama mereka. Aku tidak mempunyai nafsu makan.

Pintu kamar juga aku kunci sampai keesokan harinya supaya tidak ada orang yang berani menerobos masuk. Untung saja kamarku terdapat kamar mandi dalam, sehingga aku tidak perlu memusingkan ingin buang angin kecil di mana.

~~~

Pagi harinya~

Tok, tok, tok.

Bunyi ketukan pintu yang mengganggu, membuyarkan mimpi indahku, dan membuat jiwa ini akhirnya terbangun setengah sadar.

"Lea? Kau sudah bangun belum?"

Kemudian terdengar sebuah suara dibalik pintu kamarku yang masih terkunci rapat. Aku mengubah posisi tidurku dengan sedikit mengerang. Pagi-pagi sudah mengganggu waktu tidur orang saja. Tidak sopan tahu!

"Lea?"

Aku melirik jam dinding mekanik dengan pahatan kayu yang tergantung di sebelah jendela kamar. Masih pukul 06:10 pagi.

"Ish! Sialan, siapa sih yang terus memanggilku?" gerutuku dengan suara parau sembari mengacak-acak rambut.

Tapi anehnya aku merasa familier dan nyaman dengan panggilan itu. Suaranya lembut dan sedikit rendah. Aku langsung tahu kalau itu adalah suara seorang pemuda.

Namun, di rumah ini hanya Marquess yang memanggilku dengan penuh cinta, tapi beliau memanggilku 'Leana' bukan 'Lea'. Jadi laki-laki asing di balik pintuku itu siapa?!

"Lea, ayo bangun dan sarapan. Kau harus sarapan karena tidak makan semalam," ucap 'pelaku' yang mengganggu tidurku.

"Siapa kau? Aku tidak lapar. Tolong pergi saja dan jangan mengganggu waktu tidurku! Ini masih sangat pagi, Tuan!" teriakku cukup kencang.

"Ini aku, Theo. Lea, kau sudah melupakanku? Aku sedih loh," balasnya yang masih gigih berdiri di depan pintu kamarku.

Theo? Jangan bilang... Theodore? Sepupu Aileana yang dibilang si Bellanca kemarin? Calon suamiku?!

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now