Bab 69 (S2) - Tenang Sebelum Badai

1.8K 365 26
                                    

Aileana mempersilakan Kalvin duduk. Lalu mengambil sepotong cheese cake dan susu rasa vanila. Diletakkannya di atas meja Kalvin. "Makanlah. Anda terlihat tirus dan tidak bersemangat," komentar Aileana khawatir.

Kalvin tersenyum kecut memandang makanan di depannya. Hanya dia yang mengetahui perubahanku.

"Kau baik-baik saja?" tanya Kalvin tiba-tiba. Suaranya terdengar serak.

Kali ini dua alis Aileana terangkat begitu mendengar pertanyaan tersebut. "Ya... begitulah. Saya selalu baik-baik saja. Bagaimana dengan Anda, Yang Mulia?"

Seulas senyuman tulus terlukis di wajah sang Putra Mahkota. "Syukurlah. Senang mendengarnya. Kabarku juga baik."

Tidak, kau tampak tidak baik-baik saja, Kalvin. "Anda tahu, Yang Mulia? Anda itu kurang pandai berbohong," ujar Aileana menatap pria di depannya malang. "Apa terjadi sesuatu?"

Kalvin yang semula asyik mengunyah, mendadak terdiam. Selang beberapa detik kemudian, barulah dia tersenyum, lebih tepatnya memaksakan senyum terbaik yang dimilikinya.

"Tidak ada yang terjadi. Semuanya baik-baik saja. Sangat... baik." Terdapat jeda dan perubahan nada suara dalam ucapan pria itu.

Aileana memicingkan matanya tidak percaya. Dia berbohong lagi.

Namun, Aileana memilih bungkam, membiarkan Kalvin menikmati makanannya. Pria muda berambut pirang itu memakan kuenya dengan lahap. Mimik mukanya terlihat seperti anak kecil yang polos.

Tanpa sepengetahuan Kalvin, Aileana tersenyum kecil. Lantas dia pun menopang dagu sembari mengamati setiap inci lekuk wajah pria tersebut. Dilihat-lihat, Kalvin tampan juga. Tapi sayangnya, aku tidak tertarik, batinnya yang masih setia memandang pria di depannya itu. Dia terlihat lebih cocok jadi seorang adik.

"Ulang tahunku... seminggu lagi. Apa kau mau datang?" Kalvin tiba-tiba berujar. "Ah, tentunya bersama Grand Duke Alvaron."

Aileana mengedipkan matanya. Mendadak dalam benaknya terlintas perkataan kakaknya kemarin. Pesta ulang tahun yang sebentar lagi akan menjadi medan pertempuran. Seketika dia merasa kasihan dan bersalah.

"Ya, tentu saja, Yang Mulia. Anda tidak perlu bertanya lagi. Kami pasti hadir."

Kalvin tersenyum singkat. Dia mendongak untuk melihat wajah wanita itu. Hatinya masih berdebar. Perasaan ini mengganggunya sekaligus menghiburnya. Sungguh perasaan yang rumit.

"Senang mendengarnya. Ah! Terima kasih atas jamuannya. Aku sudah terlalu lama meninggalkan istana tanpa kabar." Lalu pria itu berdiri seraya memperbaiki tudungnya dan hendak mengeluarkan kantong uangnya.

Buru-buru Aileana mencegahnya seraya ikut berdiri. "Ah, tidak perlu! Hari ini saya yang mentraktir Anda. Kalau begitu, sampai jumpa dan hati-hati di jalan, Yang Mulia," ucapnya sembari memasang senyum tulus untuk pertama kalinya pada Kalvin.

Sesaat, lagi-lagi Kalvin terkesiap. Mematung di tempat sambil memerhatikan wanita muda di depannya itu. Kalvin merasa sudah gila. Bisa-bisanya dia makin terpesona melihat Grand Duchess Alvaron yang semakin hari bertambah dewasa itu. Lalu seulas senyum pun tergores di wajah rupawan Kalvin.

"Terima kasih, Grand Duchess. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu. Lain kali, aku yang akan mentraktirmu." Sekaligus mengadakan perpisahan.

~~~

Setelah kepergian Kalvin, Aileana duduk melamun di dekat jendela lantai dua tokonya. Membiarkan matahari senja menyinari wajahnya. Wanita berambut perak itu tidak sadar bahwa sedari tadi ada yang memerhatikannya di ujung tangga.

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang