Bab 48 (S2) - Pertemuan Pertama Dengan Dewa Ailous

5.5K 1.1K 217
                                    

Malam pun tiba. Biasanya hanya ada aku dan Aileon di meja makan ini, sekarang bertambah dua orang yakni Zeno dan Ayah. Walau begitu, tetap tidak menambah keramaian di meja panjang ini.

Awalnya Zeno berniat menyuapiku dengan berdalih bahu kananku sedang terluka. Tentu saja aku menolaknya. Aileon juga melakukan hal yang sama ketika aku baru sadar. Aku meyakinkan Zeno bahwa lukaku sudah sembuh dan tidak membekas sama sekali.

Namun, pria itu tidak percaya. Alhasil aku memperlihatkan bahuku yang mulus padanya, agar dia percaya. Sontak dia berdiri dan langsung memutar kursiku ke belakang, kemudian menaikkan lengan baju yang sempat kuturunkan itu dengan wajah memerah. Entah karena menahan marah atau malu melihat tingkahku.

"Jangan pernah lagi kau menunjukkan bagian tubuhmu di depan orang lain selain aku. Mengerti?" bisiknya seraya mengembalikan posisiku ke semula, lalu kembali ke tempat duduknya.

Kali ini berganti wajahku yang memerah berkat ucapannya. Apa-apaan perkataannya itu, rutukku dalam hati. Aku mendengkus pelan lalu melanjutkan makanku.

Aku baru tahu kalau Jasper juga ikut menemani tuannya kemari. Aku bertemunya sehabis makan malam. Pria dingin dan kaku itu menampilkan ekspresi bersalah dan terus meminta maaf padaku.

Meski aku mengatakan tidak apa-apa, kesatria itu tetap saja mengulangi kata yang sama sampai aku merasa ingin meledak.

"Sudah kubilang tidak apa-apa, Jasper. Jangan sampai Kakakku—maksudku Baginda mengetahui soal ini. Aku tidak yakin lehermu masih utuh nanti," tuturku sembari menepuk lengannya.

Setelah itu aku bergegas menuju kamarku untuk beristirahat. Asal kalian tahu saja, Aileon bersikeras memisahkan kamarku dan kamar Zeno. Katanya supaya aku tidak mengganggu Zeno yang kelelahan sehabis melakukan perjalanan panjang.

Heh. Dia kira aku ini mau melakukan apa? Aku kan bukan mau menerkam si Zeno. Cuma mau cuci mata saja seperti biasanya.

"Eh? Bahasanya agak aneh ya. Hush~ hush~ pikiran kotor, pergi sana," kataku seraya mengibaskan tangan ke atas kepala. Ekhem... tidak masalah sih aku tidur sendiri. Aku harusnya puas dengan melihat wajah Aileon setiap hari. Tapi rasanya ada yang kurang.

"Leana," panggil sebuah suara berat yang sangat kuhafal. Siapa lagi kalau bukan orang yang baru saja kupikirkan.

Aku membalikkan badan. "Ya?"

Pria itu melangkah mendekatiku seraya menyugar rambutnya ke atas. "Aku ingin bertanya sesuatu."

Ukh! Jidat mulusnya terpampang nyata, gais!

"Tanyakan saja," ucapku seraya memasang senyum kecil. Aku mencoba menahan ledakan kekaguman dalam hati. Tapi... hiks, suamiku tampan sekali.

"Kau mengenal Putra Mahkota sejak kapan?"

Aku terdiam seketika. Senyumku mendadak luntur. Tidak kuduga pertanyaan itu yang keluar. Hm, jadi Zeno sudah tahu ya. Apa Jasper yang memberitahukannya? Kalau benar, dasar kesatria pengadu!

"Yang Mulia tahu dari mana? Apa Jasper yang membocorkannya padamu?" Aku balik bertanya bukannya menjawab. Kok rasanya seperti aku tertangkap mempunyai simpanan ya?

Zeno mengernyitkan dahinya. Matanya memicing tajam ke arahku. "Jasper tidak mengatakan apa-apa. Leana, kau menyembunyikan sesuatu dariku ya?"

Ah~ perasaan lega melandaku. Ternyata kesatria es itu setia juga. Aku cabut kembali umpatanku tadi. Memang karakter Jasper adalah orang yang kaku dan setia.

"Kenapa kau tidak menjawab, hm?" Zeno sedikit menunduk dan mendekatkan wajahnya.

Bukan hanya itu, badan kami sudah menempel dengan tangannya di belakang punggungku, serasa menahanku. Sejak kapan kami dalam posisi berpelukan begini?!

Aku Menikahi Grand Duke TerkutukWhere stories live. Discover now