Rangkai XLVI [Terbongkar Rahasia]

95 11 6
                                    


*****

Lima hari. Farren seolah hilang dari hidupnya. Tanpa berkabar, tanpa bisa dihubungi. Rellya dijejal rasa penasaran, dicampur kekhawatiran. Pikirannya terus dibayangi oleh wajah Farren jika ia tak bertindak lebih mencari tahu kabar terbaru cowok itu. Seharusnya, yang menjadi pihak diam dan mengabaikan di sini adalah dirinya. Farren lebih dulu mengingkari janjinya. Tidak datang menjemput dirinya saat ia sudah mempersiapkan diri dan terlampau berani membayang-bayangkan aksi romantis yang akan terjadi di antara mereka berdua malam itu. Namun, seluruhnya meluruh dilahap kecewa.

Belum lagi masalah unggahan foto di akun Canna. Farren sama sekali tidak ada kejelasan tentang hal itu. Membuat Rellya menelan pahitnya sendiri. Ingin bertanya dan menggali informasi dari siapa pun ia tak tahun. Mungkin, terlalu takut dan malu. Ia merasa belum selayak itu memasuki privasi Farren.

Puncaknya di hari ketiga, ia mengaburkan segala gengsi dan ego. Ia memutuskan mengirim pesan lebih dulu. Berharap mendapat balasan, tetapi faktanya sampai dua belas jam telah berlalu, cowok itu sama sekali tak membalasnya. Membaca pesannya saja tidak. Sebenarnya, ada apa dengan Farren? Apa secara tidak sengaja Rellya telah berbuat sesuatu yang salah pada cowok itu dan tidak menyadarinya?

Rellya terduduk lesu di pinggiran kasurnya. Hari beranjak siang. Tidak ada agenda khusus selama ia berdiam diri di rumah sebab anak tingkat akhir di SMA Ganantra sudah sejak kemarin menghadapi ujian akhir sekolah yang akan berlangsung seminggu. Biasanya, Rellya nyaman dan tidak masalah oleh kesehariannya yang monoton. Belajar, membaca novel, menonton film atau drama korea dan cina. Namun, entah mengapa, sejak hadirnya Farren di hidupnya, Rellya mulai tak nyaman jika cowok itu menghilang dari radar pikirannya. Ada sesuatu yang terluput di ruang hatinya. Dan itu tidak mengenakkan.

"Apa gue chat temannya, ya?" Rellya bergumam pada dirinya sendiri. Berharap dapatkan keputusan terbaik dari lubuk hati terdalam. Jarinya mengetuk guling di pangkuannya. Masih meragu. Baru saja ditemukannya salah satu akun teman dekat Farren, bernama Felis. Rellya bermaksud mengirim pesan lewat direct message, sekadar bertanya kabar Farren karena Farren tak bisa dihubungi.

"Ah, bodo. Yang penting coba dulu, responsnya gimana urusan belakang,"

Rellya Drenaza
Hai, gue Rellya, anak SMA Ganantra. Lo Felis, teman Farren, kan? Gue mau nanya, kabar Farren sekarang gimana, ya? Dia baik-baik aja, kan? Nomornya gak aktif gue telepon.

Oleh setumpuk resah tertimbun di hatinya, berselang waktu lima belas menit, ponselnya berdentang. Menandakan pesan baru masuk. Rellya lekas membukanya.

Felis A.
Yo, Rell.
Farren? Dia baik-baik aja kok. Kita lagi nongki nih. Farren bentar lagi datang.

Rellya Drenaza
Gue boleh nyusul ke sana, gak? Ada yang mau gue bicarain sama Farren langsung.

Ritme napasnya kemudian tidak tenang. Pikirnya permintaannya terlalu lancang dan Felis akan berat menyetujuinya. Terbukti dari jeda sedikit lama bagi Felis membalas pesannya padahal ia sudah membaca pesan dari Rellya.

Sekiranya, jika harapan Rellya pupus menemui Farren hari ini, Rellya akan berusaha mencari cara lain untuk esoknya. Ia hanya bingung. Sepertinya Farren menghindarinya, sedangkan di lain sisi, ia merasa tidak pernah berbuat sesuatu fatal pada cowok itu.

Namun, lengkung senyum di bibir Rellya kala mendapat balasan pesan Felis mengurai sedikit keresahan di hatinya.

Felis A.
Boleh, datang aja. Di Kafe Andromeda Jalan Iskandar Muda.

FearsomeKde žijí příběhy. Začni objevovat