[Keping Dua : Pengakuan Kehilangan]

63 7 0
                                    

Suasana tentu saja menjadi sangat ganjil. Berbeda setelah untai pengakuan panjang Deva menguar. Keduanya masih disergah hening. Rellya tak usah ditanya keadaannya. Jauh dari kata baik. Usai mendengar alasan Farren memutuskannnya, berbohong agar dirinya membenci dan berpikir negatif padanya saja sudah menghancurkan telak dirinya. Pun kabar duka atas meninggalnya bunda Farren semakin menjejali Rellya dalam kesesakan hampa, rasionalitasnya lenyap tergantikan pikiran pelik akan inginnya memastikan Farren setidaknya baik-baik saja lalui hari-hari setidaknya baik-baik saja lalui hari-hari tanpa sang ibu. Rellya masih ingat dengan jelas bagaimana Farren begitu setia menunggui bundanya sadar dari bunga tidur panjangnya. Seluruh penderitaan ditanggung Farren tiada hentinya. Tak ayal, mengundang selinap kesal di dada Rellya pada sosok di hadapannya.

Deva masih bungkam. Setelah menguarkan kabar meninggalnya bunda Farren. Satu hal visibel bagi penglihatan Rellya tatkala menemui beberapa detik manik kelam milik Deva. Ada sorot kehilangan nyata di sana. Juga, kepedihan saat mengungkit kepergian bunda Farren. Membuat Rellya sempat berpikir jika Deva sesungguhnya sudah tidak mendendam pada penyebab kematian ibunya pula.

Akan tetapi, sebelum iba menguasai dirinya secara utuh dan ingin suarakan pertanyaan lain, teriakan melengking dari seseorang yang familiar buatnya sontak menoleh, raut wajah kacaunya berganti menjadi kerutan dalam sambil terperanjat, menemukan sosok paling akrab dengannya di sekolah kini berdiri di teras rumah, tak jauh dari posisi. Tak lupa pasang wajah kaget mendramatisir, tangan menutupi mulut menganga, bergantian pandang dirinya dan Deva.

"Loh?! Kak Deva di sini juga?! Kalian berdua ngapain?!!"

Masih memekik penuh skeptisisme, Dasya lontarkan pertanyaan begitu.

Di belakang perempuan berwajah mungil dan berkaca mata bingkai bulat itu, sekitar tiga langkah darinya, berdiri sosok Gafa yang terdiam, mengamati keadaan. Benamkan kedua tangan di saku celana. Sorot matanya sempat bersinggungan pada milik Rellya tatkala gadis itu beranjak berdiri dari duduknya, sebelum lemparkan sorot lebih dingin untuk Deva yang juga berdiri di sebelah Rellya.

"Dasya?" panggil Rellya, teramat lirih, nyaris suaranya ditelan gamang sebab adukan emosi merusak kendali diri, tetapi agaknya merasa heran mendapati presensi Dasya, terlebih bersama Gafa—sosok akrab dengan Farren yang kurang menyukainya. "Ada apa? Kenapa lo bisa sama—"

"Rellya, gue ke sini mau ngasih tau sesuatu urgent sama lo." Dasya menyelanya, cepat, menghampirinya. "Ini tentang Farren. Kalo kita terlambat, bisa bahaya untuk Farren."

Sungguh, ini terlalu merumitkan dirinya. Mengapa seolah semuanya berlagak tidak tahu apa-apa sementara Rellya ternyata menjadi satu-satunya menghadapi realita semu selama ini?

Bagaimana Dasya mengenali Farren? Seakan lebih mengetahui keadaan mantan yang tak pernah diceritakannya pada Dasya dibandingkan dirinya sendiri.

Berusaha berdiri tegak di tengah geletar kedua kaki, jemarinya mencengkeram kain celana tidurnya di sisi tubuh, "Farren—kenapa?"

"Gafa ngabarin gue pas mau anter gue ke tempat. Dia diinfoin pembantu rumah Farren—" Dasya mengulurkan tangan, sekadar menyampirkannya pada bahu Rellya. Tahu sahabatnya sedang mencoba kuat, "—Farren depresi, Rell. Ngurung diri di kamar sejak kematian bundanya. Nolak makan. Dan tadi siang, Farren ketahuan mecahin barang-barang—lo mau kan ketemu sama Farren?"

Omongan Dasya di depannya tak menjadi fokusnya saat ini. Pandangannya memburam, sorot caramel kentara memendarkan panik. Kala badan itu nyaris limbung jika saja tak ditahan cengkeraman lembut di kedua pundaknya.

Merasa keterdiaman Rellya sebuah bentuk persetujuan, Dasya mengangguk usai melirik kekasihnya di balik bahu, seolah mengerti rencana yang telah mereka susun sebelum ke sini, sesekali diliriknya Deva yang berdiri mematung di balik punggung Rellya, "Lo dianter cowok gue ke rumah Farren sekarang, ya, sebelum itu, kendaliin diri lo, Rell."

FearsomeWhere stories live. Discover now