Rangkai XXII [Sepakat Memulai]

148 18 44
                                    

Hati itu sederhana. Pencipta merancangnya sedemikian rupa. Yang rumit itu pemiliknya.

****

"Cari model apa, Mas?" tanya seorang petugas begitu melihat sepasang remaja memasuki area pertokoan di salah satu Mall yang ramai pengunjung.

Petugas itu menelan keheranan ketika Yang Perempuan tak hentinya menarik lengan remaja laki-laki disampingnya yang sama sekali tidak tertarik atau berniat mengikuti permintaannya.

"Gak usah, ih! Telinga lo tuli, ya?!" pekik Rellya kesal, pasalnya ia tahu niat Farren yang ingin membelikannya ponsel sejak cowok berwajah datar itu melajukan motornya menuju salah satu Mall ternama di Kota.

Membiarkan kedua tangannya yang terbenam di saku celana terus ditarik Rellya agar keluar dari area toko, justru Farren mengedarkan matanya ke sekitar. Memerhatikan beragam jenis dan model ponsel yang dipajang di atas meja kaca. Menghiraukan mata yang diam-diam menaruh atensi padanya. Farren menunjuk asal ponsel yang dipajang dengan telunjuknya.

"Itu."

Ekspresi kagum petugas perempuan yang masih itu terbuyar kala tatapan Farren beralih padanya. Segera ia menepis pujian mengenai paras makhluk di depannya.

"Ini, Mas? Modelnya baru keluar minggu ini. Belum banyak yang beli. Ada fitur tambahannya juga." Petugas itu menjelaskan rinci mengenai produk jualannya sembari mencuri pandang pada wajah Farren yang sebenarnya tak terlalu menyimak. Hanya sebatas menghargai.

Kala penjelasan itu belum selesai, Farren merasakan cubitan di lengannya. Kali ini keras. Tak seperti sebelumnya yang berupa cubitan kecil.

Farren menoleh. "Ayo pulang, gue gak sebutuh itu sama ponsel, sumpah," bisik Rellya. Bertambah geram karena Farren tak menghiraukannya.

"Jadi, gimana, Mas? Jadi ambilnya?" tanyanya setelah selesai menjelaskan. Dari pengamatan Rellya, perempuan berumur 25-an ini dari tadi hanya mengulur waktu mempromosikan produknya. Melemparkan senyum centil, menunjukkan rasa ketertarikan pada Farren.

"Jadi."

Rellya melepaskan tangan Farren, beralih mencegah kepergian si perempuan, "Berapa harganya?" suara Rellya penasaran.

"7 juta. Produknya masih baru."

Rellya membelalak. "Gilak, itu mah bikin jiwa kemiskinan gue meronta." gumamnya mendesis pelan.

"Farren, sumpah, gue gak mau." bujuknya lagi pada Farren. Matanya berbinar memohon.

Anggukan sumir dari Farren menjawab pertanyaan dari petugas yang ingin memastikan pembelian ponsel berharga mahal itu.

"Lo dengar gue, gak, sih?! Gue gak perlu!" Kali ini bentakan Rellya tak main-main. Wajahnya kentara kesal, mengabaikan pandangan orang di sekitar mereka. "Kenapa lo bertindak sesuka lo? Yang rusak ponsel gue, gak ada urusan sama lo!"

Langkahnya yang ingin pergi urung ketika Farren menahannya. "Kenapa semarah ini?"

"Ya gue gak suka, lo ngehamburin duit buat sesuatu yang gak berguna!" jawab Rellya seraya menepis tangan Farren.

Orang-orang pasti menganggap mereka pasangan muda yang sedang bertengkar. Terlebih Rellya tak mengenakan jaket, seragam sekolah kebesarannya terlihat jelas. Berbeda Farren yang menutupinya dengan hoodie hitam.

FearsomeWhere stories live. Discover now