Rangkai XXVI [Jangan Sakit]

219 21 40
                                    

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.


*****

Canna tahu, ketika Farren memutuskan hubungan mereka yang kiranya akan tahan tanpa hadir masalah, maka sejak itu pula ia tidak akan pernah memiliki harapan kembali pada cowok yang sampai detik ini mengisi ruang hatinya.

Ia menyesal. Begitu sesal. Dulu, ia teguh meyakinkan diri akan baik-baik saja putus dari Farren. Menjalankan hari seperti biasa yang tidak jauh berbeda ketika ia berpacaran dengan Farren. Ia akan mudah melupakan cowok itu. Dan menjalankan rencana mengganti tambatan hatinya secepat mungkin.

Tapi ternyata tidak. Justru Farren adalah cinta pertamanya yang sulit dihapus namanya dari bayang-bayang pikirannya. Tiap detik, ia gagal selalu tuk mengenyahkan wajah Farren beserta kenangan-kenangan manis yang mereka bangun bersama. Meski kenangan itu tidak penuh keromantisan Farren, sebab ia adalah cowok yang tidak suka mengumbar kata dan tindakan romantis ala manusia zaman sekarang.

"Canna,"

Ia buru-buru menghapus air matanya ketika seseorang menghampirinya. Duduk di kursi hadapannya yang kosong. "Hai, Felis." Sapanya, lemah. Tak bertenaga sekadar menyembunyikan kesedihannya yang berpeluang besar mengundang kasihan dari cowok yang mengenakan kemeja flanel merah.

Felis terdiam. Ekspresinya kentara khawatir. "Farren lagi?" tembaknya tepat sasaran, begitu dibalas anggukan sumir oleh Canna, ia membalas tersenyum miris. "Kapan lo move on sepenuhnya dari Farren, Na? Dia bahkan udah nutup celah terkecil buat lo masuk lagi,"

Mendengar nada lembut Felis, tangis Canna melesak di wajahnya. Bahkan kini perhatian pengunjung di bar milik Farren yang mereka jadikan sebagai tempat janji bertemu memerhatikan ke arah mereka heran. Hari bersama langit yang tidak secerah awal pagi, pun pengunjung yang kian ramai disuguhi drama bak pasangan berselisih di dalam bar yang pemiliknya tak berada di sana.

"Gue gak bisa, Fel. Dia terlalu kuat di ingatan gue," Canna terisak sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangan. "Gue harus gimana? Gue nyesal karena waktu itu gue beraninya selingkuh sama lo,"

Meski wajah basah ditutupi sempurna, suara sarat tersiksa batin itu sungguh jernih ditangkap rungu Felis yang kembali terdiam kaku.

Tidakkah Canna sadar? Jika disini, bukan hanya hatinya yang sakit. Tapi hati ia juga memiliki beban yang tidak ringan sekadar untuk disepelekan. Dari awal, ia dan Canna berjanji menghadapi risiko dari pengkhianatan yang mereka timbulkan. Felis ingin sekali menegaskan. Bahwa bukan hanya Canna yang selingkuh dari Farren sehingga perempuan itu diputuskan berujung Canna yang patah hati, tapi di sini Felis juga mengkhianati sahabatnya sendiri. Sahabat yang sudah lama menjadi tempat pertama membagi keluh kesahnya. Hanya demi rasa suka yang diterapkannya pada orang yang salah, pacar sahabatnya sendiri.

"Canna,"

"Dia pergi, Fel. Farren pergi sama cewek itu. Mereka makin dekat, gue gak percaya kata-kata Gafa yang bilang Farren sama sekali gak ada rasa buat cewek itu," tutur Canna disela senggukan. "Gue takut Farren berpaling. Gue gak bisa bayangin kalau itu sampai terjadi, gue pasti gak akan pernah dipeduliin lagi sama Farren. Gue---"

FearsomeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora