Rangkai XVII [Kembali Celaka]

241 22 51
                                    

Mungkin, satu detik pun akan terasa begitu bermakna bagi para penyesal sangkala

*****

Langit kian meredup di semayam senja. Penghujung hari tampak mengelabukan mayapada. Sang kelam bersama bulan sudah bersiap terjaga di peraduan. Sepasang remaja dalam diam menyusuri jalan kota yang macet. Perjalanan menuju rumah Rellya tidak berjalan lasuh ketika lima motor menghalau jalan Farren yang sedang melaju dalam kecepatan rendah. Sebenarnya lima motor dengan dua orang di tiap motor itu sudah dicurigainya sejak ia melirik dari spion belakang, muncul dan mengikutinya sejak ia melewati lampu merah di pusat kota yang macet.

Ia mengira menghindar adalah satu-satunya terbaik saat ini. Bukan karena ingin lari dalam pengejaran orang-orang yang sudah dikenalnya itu, namun sekarang ia membawa seorang gadis yang tak mau dilibatkannya dalam bahaya yang segera datang.

Sebentar lagi.

Maka di bahu jalan yang lengang. Daerah yang sudah meninggalkan pusat kota. Farren menghentikan laju motornya. Melepas helm-nya, disusul lima motor yang mengepungnya tepat di tengah bak sasaran.

"Farren. Turun lo! Jangan buang waktu lagi, banci!" Seruan seseorang yang mendekat ke arah motor Farren begitu mengerikan. Hanya bagi gadis yang bergidik di belakang Farren.

Farren mendecak, menahan umpatan yang menggatal di ujung lidah. Remasan kencang di pundaknya terasa, "Farren, mereka siapa?" suara Rellya sudah dirundung panik tak berkesudahan.

"Masalah kita belum tuntas. Selesain sekarang, gimana?" tanya orang lain dari komplotan itu sambil menggenggam sebalok kayu berukuran sedang. Namun jika dihantam ke kepala manusia mampu berefek geger otak.

Diliriknya jam tangan sekilas, kendati langit yang perlahan gelap sudah menjawab waktu.

"Rellya, lo cukup dengerin gue--"

"Lo mau berkelahi lagi?" tembak Rellya akurat. Matanya bergulir panik saat Farren sudah beranjak turun dari motornya. Posisinya menjadi sejajar dengan ia yang masih setia duduk di jok, sementara Farren berdiri di sisi motor.

Tidak usah ditanya jantungnya. Rasanya sudah lamban berdetak kala manusia-manusia berwajah sangar itu memandang mereka dalam tatapan haus mencelakakan.

"Dengar--"

"Gak mau!" tandas Rellya sambil menahan lengan Farren yang bahkan belum beranjak. "Lo mau nyuruh gue pergi? Gila, kenapa perintah lo selalu itu padahal lo lagi terancam?" tanyanya tak habis pikir.

Farren juga tak mengira jika komplotan Deva akan kembali menyerangnya dalam waktu tiba-tiba seperti kini. Tapi membiarkan Rellya tetap di sini juga bukan keputusan yang lebih baik.

"Well, ternyata Pangeran Madava lagi pacaran, ya? Tapi gimana, intruksi Deva supaya ngehabisi lo harus sekarang." Ucap pemuda bertindik di telinganya sebagai pimpinan dari lima motor itu.

"Kita boleh nyentuh ceweknya, kan, boss?" tanya anak buahnya sengaja dikeraskan.

Satrio tertawa remeh, "Cicipi juga boleh sebagai bonus kecil." ia memberi isyarat anak buahnya agar mendekati target, memulai serangan.

Farren yang paham cekatan mempersiapkan diri. Tangannya bergerak menarik pinggang gadis yang masih kukuh bertahan di atas jok, mengundang pekik tertahan yang tak sempat diluapkan sang gadis kala kedua kakinya telah menginjak tanah dalam hitungan detik. Farren baru saja merangkulnya, menurunkannya dengan cara yang seharusnya berkesan romantik.

FearsomeWhere stories live. Discover now