Rangkai LIV : [Petaka Yudistira]

86 8 3
                                    

Terlalu jemu untuk bertemu. Deskripsi ringkas sebagai alasan Farren memutuskan berdiam diri di balik bangku kemudi mobil yang diparkir di halaman rumahnya. Menolak bujuk rayu Kirana untuk menemaninya alih-alih tersirat maksud mempertemukannya dengan ayah kandung yang sudah beberapa hari terakhir memang enggan ia tatap mukanya.

Sudah setengah jam lebih. Usai mengobrol hangat dan agaknya berbasa-basi pada satpam penjaga gerbang rumah dan Bik Endah yang menawarkannya minuman berujung ditolaknya halus selama beberapa menit di luar mobil, Farren kembali ke dalam mobil. Menunggu Kirana menuntaskan segalanya.

Sebenarnya, ia meragu atas keputusan final Kirana. Ingin bertanya, tetapi urung. Sebab Farren tak ingin membuat Kirana merasa tak nyaman kecuali Kirana memberitahunya lebih dulu tanpa diminta. Ingin menyaksikan langsung juga dipikirnya bukan solusi terbaik. Menghadapi Tiara dan Wiguna adalah yang dihindarinya untuk saat ini.

Antara mempertahankan atau meninggalkan yang Kirana pilih salah satunya. Farren hanya bersemoga bundanya tidak menderita sakit kembali.

Nyaris satu jam tatkala Farren melirik penunjuk waktu di pojok atas layar ponselnya. Dari kaca mobil depan, pandangannya jatuh pada pintu rumah yang ditutup. Lalu, kembali menunduk. Memainkan ponselnya. Berusaha mengusir kebosanan sekaligus keresahan yang dirasakan.

Ting!

Alisnya mengernyit. Ia menerima pesan yang tiba-tiba masuk. Bukan dari grup kelas atau salah seorang anggota Brigasti.

Monalisa
Gimana kabar Tante Kirana? Masih pemulihan di rumah sakit?

Terdiam sejenak. Kakak kelasnya yang dijuluki primadona se-angkatannya itu terlihat semakin gencar mendekati Farren sejak menjenguk bundanya di rumah sakit. Belakangan ia baru tahu jika Monalisa bisa ikut bersama ke rumah sakit hari itu karena mulut Altair tidak sengaja keceplosan mengatakan tujuan mereka ke rumah sakit. Karena sudah terlanjur dan tidak enak juga, Felis menawarkan Monalisa untuk ikut bersama mereka jika mau. Niatnya semula basa-basi, sebab mereka juga tahu, Farren tidak suka melihat orang yang tidak terlalu dekat terlibat di urusan keluarganya.

Namun, Monalisa adalah perempuan yang kalem dan cantik. Ia juga orang baik sebab selama tahu Farren sedang menjalin hubungan dengan cewek lain, Monalisa akan menciptakan jarak jauh dan tidak mau mendekati Farren. Pribadinya memang hangat, ramah, dan terbuka. Orang-orang menyukainya. Selain parasnya yang cantik, pribadinya yang bersahabat, bakatnya di bidang seni juga tak kalah mumpuni dengan banyak penghargaan yang sudah disumbangkannya untuk SMA Madava.

Lantas, semua itu, tak kunjung menarik Farren hingga mau menerima perasaan Monalisa padanya.

Seperti saat ini.

Farren
Ya.

Monalisa
Gue jenguk Tante Kirana lagi boleh? Bunda lo baik, hehe.
Farren.
Gak boleh, ya? Yaudah deh, gak papa kok.

Mungkin agak lama Monalisa menunggu balasan Farren yang masih menatap datar barisan pesannya. Jemarinya yang hendak mengirimkan kata penolakan jadi urung sebab pesan berikutnya dari Monalisa terkesan tidak memaksanya. Monalisa hanya berniat baik menjenguk bundanya. Namun, sulit bagi Farren mengizinkan.

Ia tahu, Monalisa akan semakin besar menaruh harapan agar perasaannya berbalas. Yang kemudian menjadi beban bagi Farren, sebab perasaannya belakangan sangat kacau dan merasa kosong seperti kehilangan bagian vitalnya.

Farren
Blh.

Satu kata dikirimkan Farren. Tak selang semenit, balasan sudah diterimanya.

FearsomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang