Rangkai LVII : [Lepas Ego]

95 7 10
                                    

[Ini sepenuhnya narasi dari Deva, ya. Farren-Rellya kita simpan dulu. Deva juga terluka dan korban di kisah ini wkwk. Semoga suka❤]
________________________

Terlukai oleh harapan yang bahkan munculnya begitu ditakuti akan berakhir mengenaskan

*****

Deva pulang ke rumah Wiguna. Yang kian hari, suasana kian dingin. Sebab Wiguna dan Tiara terlihat sering bertengkar dan adu mulut di kamar mereka yang terletak di lantai satu. Menjadi tempat yang wajib ia lewati kala hendak menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas. Penampilannya telah lusuh, wajahnya tersirat lelah. Tak lupa mengemban tas dijejal buku latihan soal di dalamnya. Agenda les tambahan yang diatur Wiguna menjelang ujian nasional melelahkan fisik dan mentalnya. Yang mau tak mau Deva terima dan jalani sebab tak ingin merasa jadi anak adopsi tak tahu diri.

Tatkala dirinya sampai di ruang tamu, tidak ada siapapun yang menyambutnya. Setidaknya ia terbiasa oleh kesepian. Sehingga wajar jika di rumah ini ia mendapati perubahan perilaku dari Wiguna dan Tiara belakangan ini. Deva tak banyak tahu. Hanya dari Bi Surtis mengatakan orang tua angkatnya sedang tidak akur menjadikan suasana rumah begitu panas dan berbeda.

Sebuah panggilan masuk dari ponselnya. Deva meletakkan botol minuman dingin dari kulkas ke atas meja dapur. Menaikkan sepasang alis dengan tinggi kala membaca nama kontak tertera.

Farren. Putra kandung Wiguna yang sudah berminggu-minggu tidak tidur di rumah besar ini. Malu Deva akui jika kehadiran Farren yang tinggal dan tidur persis di sebelah kamarnya di lantai dua menjadi penetral perasaan canggung dirinya diterima di rumah ini bersama Wiguna dan Tiara.

"Ngapain lo nelepon gue, Sat? Gue kan udah bilang kalau gue gak mau nemuin—"

"Hari ini, Rellya celaka akibat ulah Satrio di Yudistira. Gue menuhi kesepakatan damai kita, jadi buat diri lo lebih berguna ngelindungi Rellya."

Tut, tut, tut.

Sambungan diakhiri sepihak oleh Farren di seberang sana. Sukses membuat Deva tercengang sesaat bercampur kesal akibat perlakuan kurang ajar Farren memutuskan sambungan tanpa menunggu respons darinya.

"Sialan," umpatnya rendah, ia lalu memandangi layar hitam ponselnya, mencermati ucapan jelas dan lugas dari Farren. Satrio menyakiti Rellya hari ini. Kesimpulan pasti yang diberitahukan Farren khusus untuknya.

Deva mengacak surai hitamnya. Wajah lelahnya kian tidak bergairah hidup usai mendengar kabar Rellya dalam bahaya hari ini diakibatkan ulah jahat salah satu teman yang sudah dianggapnya abang kandung. Oh, Deva lupa. Satrio itu haus akan uang. Mengatakan kerja sama antara mereka usai tentu akan menjadikan Satrio berpikir liar dan menghalalkan segala cara untuk membalas keputusan sepihaknya yang tak akan mengirim uang lagi untuknya karena memutuskan berhenti memakai jasa Satrio untuk mencelakakan Farren.

"Jadi kamu mau apa?! Dia yang milih melepaskan kamu, kan! Kamu mau ngejar dia buat balik ke kamu iya?!"

Prang.

"Tiara! Jangan paksa aku main tangan dengan kamu!"

Suara sarat amarah saling berseru. Memekik di rungu Deva dari ruang dapur. Deva tersenyum kecut. Tiara dan Wiguna pasti sedang bertengkar lagi. Kali ini, Deva tahu garis besar tersangka penyebab pertengkaran mereka. Ibu Farren yang memutuskan cerai dengan Wiguna yang sepertinya mampu membuat sosok pria berwatak keras seperti Wiguna mudah emosi dan sangat kacau.

Lalu langkah kaki berderap tergesa. Deva menolehkan pandang, menemukan Wiguna berjalan cepat dengan wajah memerah dan memendam emosi mengerikan. Melewatinya begitu saja dan masuk ke ruang kerja miliknya yang memang tersendiri di dekat dapur.

FearsomeUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum