Rangkai IX [Kecewa Rindu]

156 33 12
                                    

Tekan tombol bintang dulu ya gengs❣️❣️
Terima kasihh.

Tiap manusia berjuang. Hanya tidak melihatnya bukan berarti kebahagiaan tanpa kesedihan. Bisa saja sembunyinya begitu apik sehingga kecewa itu terahasiakan sempurna.

Penulis.

***

"Farren."

Merasa namanya dipanggil, cowok yang seragamnya dikeluarkan dengan dua kancing teratas dibiarkan terlepas itu berhenti melangkah. Ia melepas satu earphone di telinga kananya yang tengah mengalun lagu klasik sementara satu tangannya yang lain mengemban tas sekolahnya di pundak kirinya.

Cowok bertubuh tinggi itu hanya diam, menunggu perempuan cantik bak model yang sangat dikenalnya itu mensejajarkan kedua tungkai ramping nan putihnya di sisi Farren. "Lo mau rapat buat event minggu depan, ya?" tanya perempuan itu, mendongak ke arah Farren.

Enggan bersuara, Farren mengangguk lalu melanjutkan langkahnya di tengah koridor yang sepi menuju ruang OSIS Sekolah Madava yang terletak di lantai dua, lantai yang khusus berisikan ruang organisasi dan ekstrakulikuler Madava.

"Gue denger lo ditunjuk jadi ketua panitia, ya, sama Pak Agus?" Perempuan yang bernama Canna itu membuka suara lagi, merasa tidak ambil peduli jika kehadirannya di dekat cowok yang pernah berstatus pacarnya itu kini selalu mengacuhkannya.

Lagi. Farren mengangguk.

Jam sekolah sudah berakhir setengah jam yang lalu. Ia berniat pulang ke rumah untuk menghabiskan waktu malam minggu ini dengan tidur di rumah sebelum Pak Agus, guru seni budaya memberitahunya kalau sepulang sekolah akan diadakan rapat membahas acara perlombaan antara sekolah yang sudah menjadi agenda tahunan OSIS Madava. Tujuannya untuk menjalin hubungan sahabat sesama sekolah. Tentu saja, tuan rumah adalah Madava, membuatnya harus repot menjalankan tanggung jawab yang dilimpahi padanya atas alasan bahwa ia memiliki kemampuan mengoordinasi sangat baik, mengingat ia adalah ketua ekstrakurikuler Anggar Madava yang akan mengakhiri masa jabatan dalam beberapa bulan ke depan.

Dua remaja yang tampak serasi dan cocok dari wajah itu memasuki ruang OSIS yang cukup besar. Di tengah ruangan terdapat meja panjang bundar yang telah diisi orang-orang yang memiliki peranan penting di OSIS. Meski Farren tak masuk dalam OSIS, namun namanya tetap sering masuk menjadi ketua panitia tiap Madava mengadakan acara, berbeda dengan Canna yang memang memiliki jabatan bendahara OSIS.

Farren duduk di kursi kosong agak sudut, berpisah jauh pada Canna yang duduk di bagian tengah bergabung bersama anggota OSIS lainnya. Kedatangan mereka berdua tak luput dari tatapan penasaran dan bisik-bisik murid lain. Bagaimana tidak, dua remaja nyaris sempurna itu sempat menggegerkan Madava sebab pernah menjadi pasangan fenomenal yang hanya bertahan dalam beberapa waktu singkat.

Farren bersikap acuh, ia hanya membaca laporan yang diserahkan padanya. Meneliti persiapan yang telah dilakukan pihak kepanitiaan. Bahkan ia sama sekali tak melirik ketua OSIS yang sedari tadi berbicara memimpin rapat.

"Oh, iya. Farren, ada peserta yang baru didaftarin gurunya kemarin. Bidang lomba musikalisasi puisi," Kata Kalva yang ditunjuk Farren sebagai panitia mengurusi peserta lomba. Ia menghadap Farren yang duduk disebelahnya.

Farren mengangguk, menoleh sekilas. "Tambahin ke data peserta."

"Tapi-" Mimik wajah penuh ragu itu tak siap merampungkan kalimat. Ia melirik anggota yang lain seolah meminta pertolongan untuk membantu menjelaskan, seolah tak mampu bila sendiri. Sayangnya, keberanian diantara mereka tidak ada yang terlihat di ekspresi wajahnya.

FearsomeWhere stories live. Discover now