7. Tujuh

103K 15.8K 1.4K
                                    

Bel pulang SMA Nusantara sudah berbunyi lima menit yang lalu. Rival bersiul menggoda ketika jalan di sepanjang koridor. Ada banyak cewek-cewek cantik yang tersenyum kepadanya.

"Ya mau gimana lagi? Gue gantengnya overdosis," gumamnya lalu menyugar rambut sok keren.

"Heh!" sentak Cahya lalu menghampiri Rival.

"Gue ganteng 'kan, Cay? Lo liat noh cewek-cewek rahim anget pada tersepona, senyum-senyum nggak jelas pas gue lewat."

Cahya melirik Rival sinis. "Ganteng itu diakui, ya, Val. Bukan mengakui, kalo mengakui namanya bukan ganteng, tapi sok kegantengan!"

Cahya berkata itu dengan nada geraman. Rival mengerti, Cahya panas Rival menjadi sorotan cewek-cewek. Tangannya langsung menggandeng tangan Cahya.

"Yuk pulang. Jangan cemburu gitu lah. Pacar lo ini kan emang maha karya paling indah untuk diliat."

Cahya melirik tangan yang sedang digenggam Rival. Ia langsung memelototi cewek-cewek yang melihat kagum Rival tadi.

"I win, you lose!" ungkap Cahya sambil menunjukkan tangannya. Dirasa sudah menang, "skuy cabut kita."

Rival terkekeh. "Yok pulang."

"Heh, apaan pulang?! Makan dulu lah, gue laper. Ya kali lo bawa anak orang cuman dikasih makan angin doang."

Rival merogoh kantongnya. Tersisa uang tiga puluh ribu. "Lo liat nih duit gue tinggal berapa."

"Ya udah gue aja yang makan, lo nggak usah. Ayam bakar satu porsi cukup tuh."

"Heh, mana ada!"

"Udah nurut. Lo pasti kenyang ngeliatin gue makan."

Rival menyentil dahi Cahya pelan. "Licik lo ya!"

"Berkorban dikit kek sama cewek!" beritahu Cahya ngotot.

"Kalo cewek modelan kaya Dasha Taran mah gue mau berkorban! Lah elo?!"

Cahya berdecak kesal lalu cemberut."Ya udah terserah lo."

Rival tertawa. "Kita beli seblak aja kuy, sambelnya dua puluh sendok. Itung-itung ngeprank lambung."

Cahya terdiam membisu. Ingin sekali membangunkan jiwa psychopat-nya untuk membunuh orang ini.

"Val, nggak lucu loh kalo tiba-tiba nanti ada berita cewek bunuh pacarnya dikarenakan depresot ketika pacaran."

Rival tersenyum sok manis. Menatap Cahya begitu dekat dan tulus.

"Sayang maunya gimana hm?"

Muka Cahya berubah menjadi kepiting rebus. Rival tertawa mengejek lalu menyentil dahi Cahya.

"Lemah lo gitu aja baper!"

Cahya diam. Tangannya bergerak merapikan rambut Rival dengan senyuman. Jarak mereka begitu dekat.

Anjengg! Cantik banget si silau!

Rival mendorong Cahya pelan lalu merapikan rambutnya sendiri. "Nggak usah deket-deket. Alergi gue deket lo."

"Ah masa? Alergi yakin? Gue pergi satu jam aja lo udah bingung nyari gue."

Rival memang begitu kan selalu gengsi?

****

Rival berhenti di depan gerbang rumah Cahya.  Menghela napas berat, lalu turun. Cahya refleks memukul punggung Rival.

"Lo bisa biasa aja nggak sih naik motornya?! Gue jantungan!" omel Cahya. Rival sengaja memelankan motornya kemudian secepat kilat digas sampai ngebut membuat Cahya refleks memeluk lelaki licik ini.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now