12. Dua Belas

93.5K 16.1K 2.4K
                                    

Rival dengan segala kegigihannya. Rencana untuk ke kuburan mengambil bunga Kamboja malam ini akan terlaksana. Genta, Lego, Gilang memasang muka suram. Tanda, mereka kesal atau mungkin menyesal punya teman seperti Rival. Ngomong-ngomong, mereka saat ini sedang di pos ronda, masih satu komplek dengan kuburan yang akan dituju.

"Lo bener-bener gila emang!" sinis Genta.

"Lo udah beban negara, beban keluarga, beban pacar, nggak cukup apa, Val? Sampe jadi beban teman juga!" sahut Lego. Mereka bersama-sama menyerang Rival dengan hujatan.

Rival monyong-monyong. Hujatan temannya hanya angin lalu.

"Buat apa sih ngambil bunga Kamboja di kuburan? Lo mau masang susuk hah? Atau mau melet orang?!" Gilang emosi. Baru kali ini ia melakukan hal yang tidak penting.

"Gue mau masang ilmu kebal kanuraga."

"HALAH BACOT!"

Rival cengengesan. "Yang minta Cahya."

"Hah?!"

Rival mengangguk. "Yang minta bunga Kamboja Cahya."

"Dan, lo mau ngambil bunga di kuburan cuman demi permintaan ga masuk akal si Cahya?!" desak Genta tak habis pikir. Dengan santainya Rival mengangguk.

"BUCHENNNN!" maki Lego menggebu-gebu.

Rival menggeleng tegas. "Enggak ya, Go!"

"Halah! Tingkat bucin lo udah akut! Najrong tralala!" hina Gilang. Bisa-bisanya Rival seperti itu.

"Dah ayok berangkat! Motor ditaro sini aja. Kita ke sana jalan kaki."

Keempatnya jalan kaki dengan was-was. Perasaan takut tak bisa dihindari. Apalagi suasana begitu dingin dan gelap, mendukung sekali kehororan. Tak ada obrolan yang terucap, semua fokus dengan pikiran masing-masing, hanya terdengar suara jangkrik di tengah sunyinya malam.

Lima meter lagi sampai di tempat kuburan. Pohon Kamboja itu ada di samping gerbang kuburan. Rival menoleh ke teman-temannya.

"Genta! Lo yang depan," suruh Rival dengan suara pelan.

"Gila lo! Ogah!"

"Lo aja, Val." Gilang menyuruh.

"Iya lo aja. Lo kan manusia setengah setan!" sahut Gilang jengkel.

"Enteng bener lo ngomong!" ucap Rival tak terima. Mana ada setan ganteng macam dirinya.

"Ya udah kita suit aja!" usul Rival. Ketiganya nampak protes dengan kelicikan Rival, harusnya kan mereka hanya menemani.

Gilang kalah, itu artinya dia yang harus memimpin. "Anj---"

Genta dengan cepat membekap mulut Gilang yang ingin mengumpat. "Jaga omongan lo! Ini kuburan!"

"Jangan nglakuin yang enggak-enggak! Masalahnya ini mahluk halus, nggak bisa kita tonjok atau tendang asal lo tau," beritahu Rival sok bijak.

Gilang memimpin di depan. Di belakangnya tiga orang berjejer dengan ketakutan. Mereka jalan pelan-pelan menuju pohon Kamboja di depan gerbang.

"Lego! Siap-siap cari di YouTube ayat kursi. Nanti kalo ada yang aneh-aneh langsung nyalain, kan mantep tuh, setannya pasti kena mental breakdance," suruh Rival ngawur. Lego hanya mengiyakan.

Rival mengumpat dalam hati ketika ia di dorong-dorong untuk memimpin di depan. Bulu kuduk semua orang meremang ketika sampai di bawah pohon Kamboja. Aura horor begitu terasa.

"Bau apa, nih?" keluh Gilang sambil mengendus. "Bau melati!"

"Lo juga nyium, Lang?" tanya Lego memastikan. Ia pikir tadi hanya ia saja yang merasakan itu.

RIVAL (End) Revisi जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें