46. Empat Enam

70.4K 11.1K 1K
                                    

"Kasihan. Cantik-cantik gaptek, mana kere lagi. Masa nggak ngerti pesen ojol gimana sampe harus nebeng sama pacar orang."

Perkataan sadis Cahya itu membuat Sela tersinggung. Wajah Sela terlihat memerah menahan kesal.

"Cahya ...," tegur Rival. Menurutnya Cahya sudah kelewatan kali ini.

"Perlu gue ajarin caranya?" tawar Cahya dengan muka sinis.

"Lo jangan gitu, Cay. Rivalnya juga mau gue tebengin. Jadi fine-fine aja 'kan?" balas Sela nampak berusaha untuk lebih bersabar.

Cahya langsung menoleh ke arah Rival. "Kemarin lo janji sama gue kalo nggak kepepet nggak bakal boncengin cewek lain, bulshit lo, Val!"

Rival mengelus lengan Cahya agar cewek itu tidak emosi. "Ini masalah simpati dan empati, Cay. Si Sela kasihan motornya masih rusak."

Cahya tersenyum sinis lalu menoleh ke arah Sela gantian. "Temen lo cuman Rival, ya? Minta tolongnya ke Rival mulu."

"Sel pergi!" suruh Rival karena tak ingin keributan terjadi. Lebih baik ia menyuruh salah satunya untuk pergi.

Sela mengangguk menurut lalu melenggang begitu saja. Meninggalkan couple yang sedang bertengkar.

"Semua cowok sama aja, ya. Omongannya nggak bisa dipegang," sindir Cahya terbakar api cemburu.

"Iya memang. Makanya pegang tangan gue aja," canda Rival lalu menyengir.

Respon Cahya tetap datar. Kemudian tertawa kaku. "Ha-ha-ha ngarep. Langsung korengan gue kalo pegang tangan lo."

"Halah. Lo aja kemarin-kemarin seneng pegang tangan gue."

Cahya hanya memutar bola matanya malas. Raut wajahnya masih cemberut. Masih kesal karena Rival mengingkari janjinya.

"Cay, tadi tuh kepepet. Berhubung cowok lo baik, jadi gue tebengin lagi. Ini masalah simpati sama empati," jelas Rival dengan muka meyakinkan.

"Lo baik banget, ya?" ujar Cahya dengan muka sok dibuat-buat kagum.

Rival manggut-manggut sambil tersenyum. "Jelas dong! Pacar lo emang baik banget."

"Ya udah kita putus. Lo terlalu baik buat gue."

Rival tersentak kaget sebentar lalu kembali menormalkan ekspresinya seperti semula.

"Ya udah besok gue maling sama gebukin orang biar jadi jahat."

Cahya tercengang mendengar jawaban ngawur Rival.

"Kalo maling berlian gue dukung, nanti bagi dua hasilnya. Okay?!" balas Cahya tak kalah gilanya. Keduanya bahkan sudah bergandengan tangan. Terpantau, mereka sudah baikan.

Rival hanya mengangguk menyetujui biar cepat. "Tenang aja. Apapun buat lo."

"COUPLE STRES!" bentak Lego yang dari tadi mengintip dari semak-semak bersama Genta dan Gilang. Ketiganya langsung muncul dan menghampiri couple gila itu.

Rival dan Cahya sama-sama kaget lalu langsung melepaskan gandengannya.

"BISA-BISANYA LO BERDUA NGLAKUIN KRIMINAL BERSAMA?! MAU MASUK NERAKA JALUR VIP LO PADA?!" pekik Gilang histeris. Tak percaya semudah itu mereka baikan dan menyusun rencana untuk maling.

"Hm. Sweet banget pacarannya nanti di neraka," sahut Genta ikut gila.

"Ya gitu, ya. Rival kan manusia setengah setan, nggak kaget sih kalo uwunya nanti sampe neraka," sambung Lego ikut ngawur.

Rival dan Cahya jelas sebal mendengar bacotan mereka. Jelas-jelas itu tadi obrolannya berdua hanya bercanda.

"DIEM! KALO NGGAK DIEM GUE SUMPEL MULUT LO PADA PAKE SEPATU!" titah Cahya garang. "Kecuali Genta, nggak bakal gue sumpel. Berisik aja nggak pa-pa, Gen," lanjut Cahya lalu cengengesan. Genta selalu diistimewakan.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now