57. Lima Tujuh

77.7K 12.7K 1.3K
                                    

Happy reading 💖

Gudang sekolah, mungkin itu adalah lokasi paling menyeramkan di gedung Nusantara. Di sinilah Rival sekarang, bersama Genta dan juga tersangka utama yang menyembunyikan sepatu Cahya.

Rival menatap tajam pelaku itu sambil tersenyum miring. Ternyata ... dia tak berubah. Tetap jahat seperti dulu. Pelaku itu duduk di kursi sembari kepalanya menunduk ketakutan.

"Ngapain lo sembunyiin sepatu cewek gue?" interogasi Rival. Tadi, Genta ia suruh untuk merayu orang ini agar mau datang ke gudang. Dengan segala ketampanannya dan kharisma seorang Genta, hitungan menit cowok itu sanggup membawa sang pelaku.

"Gue nggak masalah sumpah, lo mau nyebarin gue gosip yang jelek-jelek sampe mulut lo pegel juga. Nggak pa-pa." Rival berceloteh panjang saat pelaku itu hanya diam saja.

"Gue nggak peduli. Karena citra gue di sekolah ini juga udah jelek. Lo lebih baik nyebarin gosip, Rival tukang bolos, Rival nakal, Rival bejat, Rival bajingan, Rival tukang selingkuh. Daripada lo harus nyerang cewek gue."

Febby. Sang pelaku hanya diam saja. Siapa yang mengira murid baru a.k.a mantan Rival itu busuk di belakang. Tadi, Rival syok berat ketika melihat rekaman ada wajah Febby yang mengambil sepatu Cahya dari rak.

"Gue minta maaf," ucap Febby lirih penuh penyesalan.

Rival menendang meja usang yang ada di sampingnya kuat hingga menimbulkan suara keras. Dari itu Rival bisa melampiaskan emosinya.

"Lo tau, gue bisa jadi apa aja saat wanita gue diusik. Tinggal lo pilih, mau liat Rival dengan jiwa psychopat nya atau lihat Rival jiwa setannya," ancam Rival penuh penekanan.

Genta menyenggol siku Rival saat merasa Rival sudah berlebihan menakut-nakuti Febby. Mata cewek itu berkaca-kaca hampir menangis. Bahkan tangannya juga gemetaran takut.

"Ma–maaf ... gue janji nggak gitu lagi," lirih Febby dengan menahan air matanya yang ingin tumpah.

Rival berdecih sinis.

"Selama lo nggak nyentuh atau ngusik wanita gue, lo aman!" beritahu Rival. "Tapi ... yang Lo lakuin malah lebih dari itu. Lo nyembunyiin sepatu kesayangan Cahya dari Om Bumi."

Rival tahu betul itu sepatu yang sangat amat disayanginya. Cahya pernah cerita, itu adalah hadiah dari Bumi karena Cahya mendapatkan peringkat umum. Mata Cahya juga menyiratkan begitu banyak kesedihan saat menelan kenyataan pahit bahwa sepatunya hilang. Demi apapun, hati Rival ikut tersayat ketika melihat wanitanya bersedih, ditambah Cahya hanya menutupinya dengan senyuman palsu.

"Gu-gue disuruh sama Sela," ungkap Febby ketakutan. Keringat dingin mengucur di pelipisnya. Ia gugup ditatar seperti ini dengan dua preman sekolah. "Gue diancam bakal dibully, kalo nggak mau ngelakuin itu. Gue minta maaf Rival ...."

"Anjing!" umpat Rival lalu menendang meja usang itu lagi hingga patah tak berbentuk.

Mata tajam itu kembali menatap bola mata Febby yang berkaca-kaca. "Di mana lo sembunyiin sepatu cewek gue?!"

"Tempat sampah belakang deket taman," jawab Febby. "Gue minta maaf ...."

"Kali ini gue toleransi. Kalo sekali lagi lo ngusik cewek gue, nggak segan-segan gue ngancurin lo walaupun lo cewek!" sentak Rival  dengan emosi yang ingin meledak. Rival langsung pergi keluar bertujuan untuk mengambil sepatu Cahya.

Kini, hanya ada Genta dan Febby di gudang. Decakan kesal terdengar dari mulut Genta.

"Makanya jangan bego jadi cewek. Yang lo serang, itu queen di mana-mana! Bodyguard-nya banyak," ceplos Genta sinis. Tak menyangka Febby juga bisa bersikap seperti ini.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now