68. Enam Lapan

79.6K 11.9K 1.6K
                                    

Kalian masih nungguin cerita ini ga sih🤓

Happy reading ya!

*****

"NGGAK MAU TAU MUNTAHIN SEKARANG!"

Cahya menatap aneh Rival yang keukeh menyuruhnya untuk memuntahkan makanan. Rival gila, Cahya tahu itu. Tapi ia tak menyangka pacarnya akan segila ini.

"Gila lo. Enak aja main nyuruh muntahin!" omel Cahya balik.

Rival melotot garang. "Muntahin Yang ...," rengek Rival sambil mencubit pelan tangan Cahya.

"Nggak mau!" tolak Cahya tak kalah galaknya.

Keduanya beradu pandang sama-sama sinis. Bedanya, mulut Rival sambil menye-menye. Benar-benar minta ditabok.

"Lo jahat banget makan nggak ngajak gue!"

"Jahat apaan sih? Nggak usah alay deh. Biasanya juga gitu."

Rival bertambah emosi. Padahal tadi ia menahan lapar demi bisa makan berdua dengan Cahya agar modus dikit, tapi ternyata tak sesuai ekspektasi.

"Gue hukum lo kalo nggak mau muntahin!" ancam Rival ngawur.

Cahya yang sebal langsung menjewernya kuat-kuat. "Gue telpon Papa Bumi nih!" ancam Cahya balik. Memangnya Rival saja yang pandai mengancam.

Mendengar nama Bumi saja sudah membuat Rival bergidik ngeri. Ia menjauhkan tangannya yang sedari tadi memegang, mencubit, mengelus lengan Cahya. Mendadak bayangan Bumi memegang golok terputar di kepalanya memunculkan ketakutan.

"Lo ngaduan amat sih," cicit Rival nyalinya mulai ciut.

"EMANG LO DOANG YANG PUNYA PAPA?! GUE JUGA PUNYA KALI." Rival membalas seperti bocah yang bertengkar. Menyombong kekuatan Papanya.

"Hm gue tau." Cahya menyahut singkat. Malas menanggapi sikap menyebalkan Rival.

"Gue ngadu Papa gue juga lah."

"Emang lo dianggep anak? Kalo lo ngadu, mungkin Papa lo mihak gue."

Perkataan Cahya membuat Rival terdiam meratapi nasibnya. Benar, Papa Reynald selalu membela Cahya. Papa Reynald selalu menghinanya dengan sebutan kaum gembel. Papa Reynald yang kurang akhlak.

"Taulah. Gue mau pergi aja," pamit Rival yang langsung dicegah Cahya.

"Lo belum makan beneran?"

Rival menggeleng. "Makannya ayo makan. Lo muntahin dah tadi makanan lo."

"Sinting!" maki Cahya.

"Gue kasih lo dua pilihan," tawar Rival dengan mimik muka serius. Sepertinya, tawaran ini sangat bagus untuk Cahya.

"Apa?" tanya Cahya penasaran. Mukanya terlihat sangat antusias.

Bibir Rival tersenyum penuh kemenangan. "Lo muntahin tuh makanan. Atau lo milih gue hukum."

Cahya menye-menye. Itu mah untung di Rival saja. "Hukumannya apa emang?"

"Hukumannya lo nyuapin gue." Rival menaikturunkan kedua alisnya menggoda. Berhasil modus.

Cahya berdesis kesal. Manusia di depannya ini begitu licik. Modusnya sangat halus sekarang. Hukuman-hukuman yang selalu merugikannya, dan membawa untung bagi Rival.

"Iya gue nyuapin lo. Abis itu lo harus ngadep Papa Bumi."

Rival menatap datar pacarnya.

"Nggak jadi. Mending gue nggak makan selama sebulan!" sentak Rival terlanjur kesal direspon Cahya dengan tawa kecil.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now