45. Empat Lima

71.5K 11.5K 742
                                    

"RIVAL BUCIN!!" seru semua orang yang ada di kantin. Semuanya berteriak riuh bahkan ada yang sampai tepuk tangan semangat.

"Malu gengs," bisik Rival sambil menutup mukanya dengan kedua tangan.

Cahya hanya cengar-cengir saja. Toh, salahnya Rival kenapa memujinya sampai berteriak begitu.

"Ehem ... tenang!" teriak Lego sambil mengangkat kedua tangannya. "Rival sebenernya tadi latihan akting." Lego memberi tahu alasan logis kepada orang-orang agar Rival tidak malu lagi. Kasihan juga.

"HOAX!" seru orang-orang tidak percaya.

Rival yang tidak bisa terus-terusan disoraki begini lalu menggebrak meja agak keras membuat suasana kantin mendadak menjadi hening.

"GUE TADI LAGI KESURUPAN SETAN GANJEN DI SINI. NAH KEBETULAN SETANNYA ITU SUKA SAMA KECANTIKAN CAHYA," eles Rival ngawur membuat orang-orang tertawa ngakak.

"Oasu ... alesan lo edan bener, yang logis dikit kek," saran Gilang tak habis pikir.

Cahya memandang heran pacarnya itu. Bisa-bisanya ia mempunyai pacar sebodoh itu.

"Emang bisa setan ngerasukin setan lain?" cetus Genta lempeng.

Rival menoleh tajam tak terima Genta bertanya seperti itu. "Mulut lo mau gue gampar?"

"Gih. Kalo berani," tantang Genta tanpa rasa takut.

"Jangan Rival!" cegah Cahya khawatir. "Nanti Genta jadi jelek kalo lo gampar. Dia udah ganteng, udah jangan diusik."

Lego menahan tawanya. "Rival muji Cahya, tapi Cahya muji Genta. Inikah sadboy sebenarnya?"

Rival menunduk sedih. "Mengsedih ...."

Reaksi itu mengundang tawa dari orang-orang. Genta yang tak tahan langsung menyuruh semuanya diam dan kembali melakukan aktivitasnya masing-masing. Semuanya menurut, keadaan kantin kembali ke semula.

"Cahya ...." Panggilan itu datang dari Kevin sang ketua OSIS yang baru saja datang. Cahya langsung menoleh lalu tersenyum.

"Kenapa, Vin?"

"Ayo! Ada wawancara."

Cahya mengangguk antusias lalu menoleh ke arah Rival. "Pamit dulu, ya."

Rival memalingkan wajahnya ke arah lain. Mimik mukanya berubah menyeramkan sejak Kevin datang.

"Ayo, Cay!" ajak Kevin lagi.

Cahya menoleh cemas. Rival marah, Cahya jelas tahu itu.

"Bentar, Vin."

Cahya lalu duduk di samping kiri Rival. Matanya menatap lekat Rival dari samping, tak lupa senyumannya yang selalu terulas. Tangan kanan Cahya perlahan menggenggam erat tangan dingin Rival lalu mengelusnya lembut.

"Pamit dulu, ya?"

Rival tetap diam dengan mempertahankan muka menyeramkan. Ketiga temannya juga ikut diam.

"Rival."

"Hm."

"Gue pergi dulu, ya."

Rival akhirnya mengangguk kaku lalu menoleh ke arah Kevin dengan muka serius. "Jaga milik gue yang bener. Sampe lecet dikit, gue bikin babak belur lo."

Kevin hanya menaikkan satu alisnya menantang.

"Natap cewek gue lebih dari lima detik, gue colok mata lo."

Cahya melongo mendengar perintah itu. Kebanyakan bergaul dengan Papa Bumi, pacarnya jadi seperti ini. Sama-sama seperti psychopat gadungan.

Papa Bumi memang pengaruh buruk, batin Cahya.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now