33. Tiga Tiga

74.8K 12K 730
                                    

"Lebih baik gue luka. Daripada lo yang luka!" sentak Rival. Apapun ia lakukan untuk melindungi Cahya. "Jangan bantah! Kalo lo bantah, kita putus!"

Cahya tersentak kaget mendengar itu. Ancamannya sampai putus? Gila saja Rival ini.

"Enteng bener lo ngomong putus."

Rival tersadar ucapannya, ia memaki dalam hati. Bisa-bisanya mulutnya keceplosan seperti itu. Ia paham Cahya bukan cewek yang akan selalu menahannya jika berkata putus, dia bukan cewek yang nangis bombay ketika ditinggal pacar, cewek itu malah begitu bahagia bisa putus. Katanya sih biar bisa sama Genta.

Rival menyesal mempunyai mulut ceplas-ceplos seperti ini. Putus? Bagi Cahya mungkin biasa saja, tapi bagi Rival itu bencana. Sulit mencari wanita seperti Cahya. Jika nanti putus pun, Rival juga yang akan meminta balikan seperti sebelum-sebelumnya.

"Ralat, maksudnya kalo lo bantah gue, gue bakal hukum lo!"

"Hukum apaan tuh? Hukumannya yang enak-enak ya. Hukuman suruh ngabisin duit di dompet lo misalnya."

"Itu mah keenakan di elo!" Rival menyentil dahi Cahya pelan.

Cahya cengengesan. "Iya-iya nurut."

"Nurut kalo ada sogokannya," lanjut Cahya.

"Astaga! Pacar gue matre amat!"

"Oh iya, Val. Pinjem hp lo dong." Berhubung kuotanya habis maka ia akan meminta hotspot kepada Rival. Tangannya gatal tidak bermain Instagram dari pagi.

"Buat apa?" tanya Rival sambil tangannya mengambil ponselnya yang ada di saku.

Sebelum menyerahkan ke Cahya, ia mengubah wallpaper di handphonenya. Dari yang awalnya foto Cahya berubah menjadi fotonya diri sendiri yang keren. Jika Cahya tahu, fotonya dijadikan wallpaper oleh Rival, jelas cewek itu akan kepedean. Rival juga pasti jadi malu.

"Kuota gue abis. Jadi minta hotspot."

"Astaga, miskin amat lo, kuota aja sampe habis." Walaupun menghina Cahya seperti itu, Rival tetap menyerahkan handphonenya. "Inget, Cay! Lo itu pacar Rival Antergio. Sultan cakep di SMA ini."

Cahya memutar bola matanya malas. Lagi malas meladeni kesombongan Rival. Ia menghidupkan handphone Rival. Sialnya, handphone cowok itu diberi password.

"Apa nih password-nya?" tanya Cahya setengah sebal. "Alay banget lo pake password."

"Password-nya nama lo."

"H-hah?! Nama gue?" Cahya jelas kaget. Ia tak menyangka Rival seromantis ini, sampai-sampai namanya dijadikan password. Untuk pertama kalinya, Cahya baper akan perlakuan sederhana Rival.

"Iya, nama lo."

Cahya mengetikkan namanya lalu log in. Dahinya mengernyit ketika muncul tulisan password anda salah. Ia mengetiknya ulang, barangkali ia tadi typo. Tapi hasilnya tetap sama saja, password yang ia masukkan salah.

"Kok salah, sih, Val?!"

"Lo nulisnya salah kali."

"Bener kok. Nama gue kan? Cahya Amika. Tetep salah, gue coba berulang kali."

Detik itu juga Rival tertawa ngakak. Ia tak menyangka pacarnya akan kepedean seperti itu. Sedangkan Cahya melongo bingung ketika melihat Rival tertawa tak berhenti-berhenti.

"Lo ngapain ketawa?"

"Password-nya tuh nama lo, Cay. NAMA LO!" Rival terkekeh. "Nama lo ditulis huruf biasa. Ngerti nggak sih?"

Cahya cengo. Pipinya memerah bak kepiting rebus. Bisa-bisanya ia kepedean seperti ini. Tangannya mengetik kata nama lo untuk password. Dan ternyata bisa masuk! Malu sekali dirinya.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now