13. Tiga Belas

90K 14.6K 1.4K
                                    

Rival pulang dengan kebahagiaan yang menggelora. Senyuman yang tak pernah pudar dari bibir tipis itu. Setelah dua hari putus, sekarang dia balikan lagi. Ada untungnya juga ketemu setan.

"Dari mana kamu Rival? Cengengesan kaya orang gila lagi. Anak papa kurang obat apa gimana?"

Sambutan kata-kata dari Reynald selalu menjadi hal pertama yang ia dengar ketika masuk rumah.

"Rival nggak mau ribut, ya, Pa!"

"Lah, siapa yang ngajak ribut kamu? Papa cuman QnA."

"Rival abis ke kuburan nemuin setan."

"Lah, ngapain setan nemuin setan?"

Rival mengelus dadanya berusaha untuk sabar. "Astagfirullah Papa!"

Reynald cengengesan melihat reaksi anaknya. "Ngapain nemuin setan?"

"Rival ajak ngedugem bareng."

Reynald terperanjat kaget. "Biasanya, manusia yang digoda setan. Kok ini malah kamu yang ngegoda setan buat dugem? Nggak habis pikir sama otak berlianmu itu."

Rival hanya menanggapi dengan cengiran.

Hidung Reynald mengendus bau yang tidak enak. Ternyata bau keringat Rival tercium pekat.

"Astaga kamu belom mandi?!" kaget Reynald. Mengapa ia punya anak jorok seperti ini.

"Udah, Pa."

Tadi pagi

"Baumu, Val. Astaga! Bau-bau gembel."

Rival mencium ketiaknya sendiri. Khawatir apa yang dibilang papanya benar. Hancur sudah karismanya waktu tadi dipeluk Cahya jika bau.

"Enggak, deh. Rival masih wangi."

Reynald manggut-manggut.

"Oh, iya. Kamu nggak ada niatan mau ganti motor?"

Rival melongo. Padahal baru beberapa hari ia ganti Ducati baru. "Enggak lah ngapain. Yang itu masih bagus."

"Mental gembel kamu ya."

Rival mengelus dadanya berusaha untuk sabar.

"Jangan boros, Pa."

"Boros apaan? Papa bingung mau ngabisin duit pake cara apalagi. Barangkali kamu mau beli mobil gitu. Tuh motor kasihin ke adekmu aja."

"Enak aja! Rival udah cinta setengah mateng sama tuh motor. Lagian Papa kenapa, sih ngebet banget nyuruh Rival beli mobil?!"

"Papa gabut. Pengen ngabisin uang, tapi nggak tau caranya gimana."

Rival memutar bola matanya malas. "Sono nyantunin janda biar abis."

"RIVAL JANGAN NYURUH PAPA KAMU MACEM-MACEM YA! MAMA LAGI MEGANG PARANG LOH INI." Killa berteriak dari arah dapur. Sedangkan Reynald tertawa ngakak.

"Enggak, Mah. Rival becanda suwerrr."

Rival langsung kabur naik tangga ke lantai dua menuju kamarnya. Ia harus menghindari amukan mamanya.

Begitu masuk Rival langsung mandi karena tubuhnya penuh keringat. Setelah usai, ia merebahkan badannya di ranjang sambil menatap langit-langit. Tak lupa bibir yang selalu melengkung.

"Gila! Gue dipeluk Cahya." Mata Rival berbinar. Masih tak percaya, seperti mimpi. Ia tengkurap lalu membenamkan wajahnya di bantal. Bahagia bukan main. Sesekali menggigit bantal. Salting sendiri.

"Cahya cinta banget kayanya sama gue."

****

Dengan segala paksaan dan rayuan maut mulut Rival, akhirnya Cahya ingin berangkat bersamanya ke sekolah hari ini.

RIVAL (End) Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang