18. Delapan Belas

85.6K 13.7K 697
                                    

Rival bejalan di koridor sekolah tebar pesona seperti biasa. Misinya kali ini mencari mangsa untuk bisa dibodohi. Matanya berbinar ketika melihat Sela sedang duduk di depan kelas. Rival langsung berjalan menghampirinya.

"Heyyo Sela! Skuy ke kantin!" ajak Rival.

Sela menggeleng lemah. Seperti tak minat menanggapi Rival. Wajahnya pun terlihat sangat pucat.

"Lo kenapa, Sel?" Raut Rival berubah panik. "Sakit?"

Sela mengangguk mengiyakan. Rival tak habis pikir, jika sakit kenapa tidak ke UKS? Malah tebar pesona di depan kelas.

"Gue pusing sama sakit perut."

"Mau gue utangin obat? Atau ... mau gue utangin  makanan?"

Sela memijat pelipisnya pusing. "Anter gue ke UKS aja."

Rival mengangguk lalu mengulurkan tangannya untuk bisa menggenggam tangan Sela. Menolong untuk kebaikan tidak pa-pa kan.

"Gue ... nggak kuat jalan, Val."

Rival melenguh dalam hati. "Ya udah lo ngesot aja dah."

"Rival!" geram Sela. Tak peka sekali cowok ini.

"Kalo nggak gue gelindingin sini cepet!" suruh Rival ngawur.

"Ngapain lo mangkal di sini?" sinis Cahya yang tiba-tiba datang. Rival gelagapan, setiap dengan Sela, Cahya selalu muncul tanpa aba-aba. Mungkin cewek itu punya mesin pendeteksi.

"Si Sela sakit. Ini mau gue anter ke UKS," jawab Rival lalu tersenyum tipis.

"Oh, ya udah gih." Cahya legowo. Ternyata Rival tidak aneh-aneh.

"Tapi ... dia nggak bisa jalan, Cay. Gue harus gimana dong?" Rival menggaruk keningnya yang tak gatal, kebingungan.

"Lo nggak bisa jalan, Sel?"

Sela mengangguk. "Gue lemes banget."

Rival kebingungan. Sela terlihat sedang melenguh kesakitan, ia jadi tak tega. Jiwa malaikatnya bergejolak.

"Cahya ... gue boleh nggak gendong Sela? Dia kasihan," izin Rival dengan nada lembut. Tatapan matanya mengisyaratkan kasih sayang begitu dalam ketika menatap Cahya.

Cahya berpikir sebentar lalu mengangguk. Toh, ini bersifat darurat. Sela juga butuh pertolongan, walaupun Cahya tahu sakit Sela tak separah itu sampai tak bisa jalan.

Rival menggenggam tangan Cahya sebentar lalu mengelusnya lembut berniat menenangkan emosi cewek itu. "Izin gendong dia, ya. Nanti gue beliin seblak."

Setelah itu, Rival langsung menggendong Sela di belakang punggungnya. Sela ingin protes, tapi tak jadi. Awalnya Sela menginginkan digendong ala briydal style, tapi malah ini yang ia dapat.

Cahya menghela napasnya lelah. Menatap nanar Rival yang mulai mejauh.

"Kok cuman seblak, sih? Kurang banyak," keluh Cahya sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Dasar miskinable!"

****

Rival mengendarai Ducatinya dengan kebut menuju rumah Cahya. Tadi, Sasa bilang bahwa Cahya dipulangkan dari sekolah karena rasa nyeri yang begitu hebat di perutnya, karena menstruasi.

Sepanjang perjalanan Rival menyalahkan dirinya sendiri, mengapa ia sebodoh itu sampai menemani Sela di UKS, sedangkan pacarnya sendiri menahan sakit.

Sampai di rumah Cahya, ternyata ada mobil Kevin terparkir. Rival yang emosi langsung menendang ban mobil itu pelan.

"Mobil butut punya Kevin si setan! Liat aja Papa Reynald mau beliin gue mobil," gerutu Rival kesal. "Lo nanti nggak perlu lagi nganter Cahya!"

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now