70. Tujuh Puluh

74.2K 11.9K 2.7K
                                    

****

"Kalo lo nggak meluk gue, bakal gue hukum pake ciuman!"

Cahya kaget mendengar itu. Ia langsung mengecek dahi Rival dengan telapak tangannya.

"Perasaan nggak panas," gumamnya bingung.

Rival melotot garang. "Ayo peluk atuh. Atau emang lo minta cium?!" omel Rival sudah mulai kesal.

Cahya mengernyit heran. "Lo mau bibir lo ditampar bolak-balik sama Papa Bumi sampe monyong?!"

Rival bergidik ngeri. Kepalanya mendusel-dusel di ceruk leher milik Cahya. "Makanya peluk," lirihnya serak.

"ASTAGFIRULLAH. GUE TAU LO SUHU-NYA PERSETANAN VAL. TAPI JANGAN GINI JUGA!" pekik Lego histeris melihat Rival seperti itu. "Mau gue aduin BK lo?!"

Rival melirik sinis ke arah Lego. "Nggak takut. Sekolah punya gue. Mau apa lo?"

"Asu! Songong sekali," gumam Lego yang masih bisa didengar Rival.

"Peluk, Yang. Tanggung jawab woy! Lo udah bikin penyakit mleyot gue kambuh!" omel Rival berapi-api.

Cahya menggaruk keningnya yang tak gatal. Bingung harus apa. Di kelas Rival juga sangat ramai. Kan malu.

"Cium, nih!" ancam Rival menakut-nakuti. Kepalanya mendekat membuat Cahya berangsur menjauh.

Baru saja ingin melancarkan aksinya, Genta menepuk punggung Rival dua kali. Tiba-tiba cowok cuek itu sudah ada di dekat Rival sambil menenteng handphone.

"Apa lo?! Ganggu aja!" lagi, Rival mengomel membuat Genta menghela napasnya pasrah.

"Ellgar video call," beritahu Genta sambil menyodorkan handphonenya. "Nelpon lo tapi nggak lo angkat."

"ANJ!" maki Rival langsung mulutnya dibekap oleh tangan mulus Cahya.

"Apa sih kasar banget."

Rival tak peduli. Ia melepaskan bekapan Cahya lalu menerima panggilan Ellgar. Rival menyugar rambutnya sok keren karena ini video call. Jadi wajah tampannya harus terlihat.

"Yooo Kakak Ipar?! Ada yang bisa saya banting?" sapa Rival cengengesan. Raut wajah Ellgar malah garang membuat Rival ketar-ketir sendiri.

"Apa nieh? Muka lo kusut banget," lanjut Rival.

"Lo mau cium adek gue?" Pertanyaan dari Ellgar membuat Rival menelan salivanya sendiri gugup. Bagaimana Ellgar bisa tahu? Matanya melirik Genta curiga, sepertinya hanya Genta tersangka utama saat ini. Lagian tidak ada yang dekat dengan Ellgar selain Genta.

"Biar lo putus. Kan gue mau jadi PHO," cetus Genta santai lalu kembali di tempat duduknya.

"HEH GENTONG?! SINI BAKU HANTAM!" bentak Rival kepalang emosi. Tak peduli walaupun Genta sabuk hitam karate, ia masih punya ilmu kebal kanuraga. Apalagi kekuatan duit yang bisa mengalahkan Genta.

"Rival, Abang gue masih VC. Kok lo cuekin sih?" sela Cahya melihat Abangnya hanya dianggurkan.

Rival sadar lalu menoleh lagi ke arah ponsel yang menunjukkan wajah keren Ellgar. Ia lalu mencari alasan-alasan masuk akal akan banyaknya pertanyaan Ellgar.

"Rival nggak macem-macem sama gue kok, Bang." Cahya menyela pembicaraan keduanya.

"Yang bener?" tanya Ellgar di seberang telepon.

"Iya. Abang nggak usah khawatir." Semenjak kejadian itu memang entah mengapa Ellgar semakin possesive kepadanya. Hal-hal kecil selalu ditanyakan. Kadang Cahya risih, tapi itu juga demi kebaikannya.

"Cari cewek sana, biar nggak ngusik kita," usul Rival membuat Ellgar langsung mematikan sambungannya.

Keduanya terkekeh geli. Ellgar memang tidak mau mencari pacar. Alasannya, karena ingin fokus menjaga Cahya saja. Ellgar takut, jika bersama pacarnya, waktu bersama Cahya jadi terkurangi.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now