3. Family

126K 19.2K 3.2K
                                    

Happy Reading ♥️

Cahya turun dari motor Rival sambil menggerutu kesal. Dibonceng Rival rasanya seperti menjadi angin. Bahkan tak hentinya dia merapalkan doa dalam hati untuk meminta keselamatan. Demi apapun Cahya takut kecelakaan dan langsung meninggal.

"Kusut amat sih mukanya. Lecek banget kek sempak gue." Rival cengengesan. Cahya yang mendengar itu langsung melotot sekaligus tangannya meninju perut Rival.

"Mulut lo! Nggak sopan ngomong sempak di depan gue!"

Rival meringis. "Hilap, Cay, sumpah dah."

Cahya memalingkan mukanya. "Sana lo pergi. Nggak usah dateng lagi ke rumah gue."

"Ututuuu ... minta dibanting." Rival tertawa kencang melihat muka kesal Cahya. Bahagianya sederhana sekali.

"Rumah gue alergi setan macem lo!" teriak Cahya kesal sambil menghentakkan kakinya.

Rival berdeham singkat. Muka Cahya sudah mulai menyeramkan, berarti cewek itu benar-benar kesal kepadanya.

"Cuaca panas banget," keluh Rival sambil mengelap keringat di dahinya. "Haus banget, mana nggak bawa duit buat beli minum."

Cahya berdesis pelan. Ia peka jika Rival mengodenya untuk masuk ke rumah. Tapi maaf-maaf saja, kekesalannya masih berlanjut.

"Lo haus, Val?"

Rival mengangguk sok memelas. "Haus banget, Cahya."

"Bentar, gue ambilin air keran dulu." Cahya langsung melengos pergi meninggalkan Rival yang emosi.

"Tega lo sumpah!" pekik Rival kesal. Cahya malah hanya melambaikan tangannya saja sambil tersenyum sok manis. Jaraknya dengan Cahya hanya sekitar lima meter.

Rival bergaya sok muntah. "Haha ... oke. Gue mau ke rumah Mega aja maen ke sana."

"Lo pikir gue peduli?! Mau lo nikah sama Mega juga bodo amat. Cowok bukan lo doang ya Val. Nggak usah merasa spesial!" Cahya tersenyum sinis lalu mengibaskan rambut panjangnya sok cantik.

"Bangke bener. Harga diri gue ancur," gumam Rival sambil mengelus dadanya pelan.

"Gue mau pacarin Mega sama Sela. Sekalian sekomplek biar lo nangis darah!" Rival tertawa jahat. Emangnya hanya Cahya saja yang bisa mengancamnya.

Cahya mengeluarkan smirk handalannya. "Inget ya, masih ada Kevin sama Genta yang nunggu kejombloan gue. Jelas-jelas mereka lebih dari lo. Sedangkan Mega atau Sela? Cuman menang make up doang!"

"Ga usah ngarep deh lo." Rival meraung-raungkan motornya sampai menimbulkan suara keras membuat Cahya menutup kedua telinganya dengan tangan.

"RIVAL SETRES!!"

Rival tersenyum smirk. "Lebih setres lo. Tau gue setres kenapa mau jadi pacar gue hah?!"

Cahya berlalu begitu saja.

"Jadi pengen ngebanting." Rival mengelus dadanya berusaha sabar. Pacarnya itu kurang ajar sekali. Hobi hanya mengomel dan berteriak.

"Gue yang kalem, kenapa dapet pacar nenek lampir kaya dia dah," gumam Rival lalu menjalankan motornya secepat kilat.

****

"Abang!"

Teriakan cempreng bocah kecil itu menyambut kepulangan Rival. Tangan Rival bergerak memijat pelipisnya, adiknya itu pasti akan membuatnya pusing.

"Abang, abis maling ya? Makanya pulang malem?" tanya bocah perempuan berumur lima tahun yang bernama Nastar. Mamanya itu memang anti-mainstream. Saking sukanya dengan kue berisi selai nanas itu sampai adiknya dinamai Nastar. Padahal ia sudah menentang habis-habisan, tapi memang dasar papanya itu bucin akut jadi setuju saja.

RIVAL (End) Revisi Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon