58. Lima lapan

78.2K 11.8K 943
                                    

Happy reading ❤️
Heyyo! Apa kabar?! Udah tiga hari tak jumpa🤣
Fansnya Papa Bumi paling banyak kayanya ya😂

"Plis Rival, jaga image. Jangan sampe lo mleyot di sini. Hancur reputasi preman lo," batin Rival memutuskan untuk stay cool.

Cahya menahan tawanya melihat ekspresi Rival. Wajah cowok itu memerah sampai telinga, terlihat sangat saltingnya. "Biasa aja. Gitu aja baper lo."

"HAH ENGGAK!" elak Rival ketus.

"Preman bisa baper dan salting juga, ya," cetus Kevin sedikit kaget.

Rival melotot garang. "Diem lo jangan sok asik!"

Kevin manggut-manggut. Rival memang mudah emosi. "Kapan makannya, Cay?"

Cahya baru ingat ia akan makan bersama Kevin. Rival memalingkan mukanya ke arah lain tak ingin melihat interaksi itu. Malas sekali, membuat panas saja.

Cahya menahan senyumnya melihat Rival yang sudah kepanasan. "Gue di sini aja, deh. Lo makan sendiri, ya."

Wajah Kevin berubah masam. Lagi, ia kalah dari Rival. Keinginan Kevin sebenarnya hanya sederhana, bercanda bersama Cahya seperti dulu waktu kecil dengan bebas tanpa gangguan. Terkadang ia membenci Rival karena secara tidak langsung Rival merebut sahabatnya.

"Nggak pa-pa. Kalo lo mau makan sama dia, Cay. Gue nggak nglarang." Rival berkata pasrah. Nanti ceker pedas dan red velvet ini akan ia berikan kepada Lego saja.

"Gih, sana," suruh Rival lalu beralih menatap Kevin. "Jangan natap cewek gue lebih dari lima detik ye, gue abisin lo kalo macem-macem."

Kevin hanya bergumam pelan. Ia menoleh ke Cahya yang hanya diam tak bergerak. Helaan napas Kevin terdengar berat.

"Gue ke kantin dulu, ya. Jangan lupa makan, Cay." Kevin tersenyum tipis lalu berpamitan pergi.

Cahya menatap punggung Kevin yang mulai menjauh. Ada rasa sedikit tak enak menolak ajakan Kevin.

"Sana susul." Rival menyuruh dengan nada pelan.

Cahya menggeleng lemah. "Gue di sini aja."

"Kenawhy? Kasian sahabat lo."

Bukannya menjawab Cahya malah duduk di samping Rival dengan muka yang kembali cerah.

"Lo kan udah beliin makanan buat gue." Cahya tersenyum manis. Ia tadi melirik tangan Rival dan melihat paper bag berisi makanan itu. Ia paham Rival membelikannya. Cowok itu tak mungkin membeli untuk diri sendiri.

Rival terkekeh geli. "Yee ... ini bukan buat lo."

"Buat siapa dong?"

"Mau gue sedekahin sama ayam," jawab Rival nglantur.

Cahya terkekeh lalu bergerak merapikan rambut Rival yang acak-acakan dengan santai tapi efeknya begitu tidak biasa buat Rival. Belum puas dengan itu, Cahya lagi-lagi membenarkan dasi Rival yang berantakan. Dengan telaten ia membuat dasi itu rapi di kerah Rival.

Benar-benar pemandangan badboy dengan ratu sekolah yang membuat siswa-siswi iri ketika melihatnya.

Cahya tersenyum puas melihat tampilan Rival yang sudah rapi.

"Gini aja. Gantengnya nambah."

"Ganteng kaga, cupu iya," dumel Rival menunjukkan ekspresi kesalnya, padahal dalam hati berbunga-bunga senangnya luar biasa melihat Cahya perhatian kepadanya.

ANJENG! GUE NAJISUN BANGET SI, MUDAH BAPER, MUDAH MLEYOT, batin Rival menggerutu.

"Ayo makan," ajak Rival sambil menunjukkan paper bag itu ke depan wajah Cahya untuk menutupi kesaltingannya.

RIVAL (End) Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang