14. Empat Belas

90.2K 14.6K 662
                                    

Mata Rival memicing curiga saat ada motor berhenti di depan gerbang sekolah. Sepertinya, motor itu tidak asing. Saat cowok itu membuka helmnya, Rival baru sadar kalau itu Kenzo sahabat Cahya.

Dengan keberanian tinggi dibumbui muka-muka tengil, Rival berjalan menghampiri Kenzo.

Dahi Kenzo mengernyit melihat cowok songong di depannya. "Siapa lo?"

"Ngapain lo ke sini?" tanya Rival tanpa menjawab pertanyaan Kenzo.

"Lah, serah gue dong. Kepo amat lo." Kenzo sepertinya kenal pria ini. Sedetik kemudian ia menjentikkan jarinya, ia ingat. Cowok ini yang dijual Cahya di foto profil WhatsApp-nya.

"Oh, lo orang yang dijual Cahya kan? Sini gue beli, kekurangan duit kan lo."

"Astaga! Ati-ati lo kalo ngomong. Harga diri lo aja bisa gue beli." Rival mengangkat dagunya angkuh untuk menunjukkan eksistensinya. Tangannya ia angkat untuk memamerkan jam rolex ratusan juta.

"Hm."

"Ciri-ciri orang yang halal untuk dipukul!"

"Oh, pukul aja." Kenzo bersikap tenang.

"Mau ngapain lo ke sini?!" geram Rival.

"Jemput Cahya."

"Dia cewek gue. Jangan macem-macem, ya, njeng!"

Kenzo tersenyum smirk menantang. "Justru itu. Karena dia cewe lo. Sorry aja, kalo gue udah suka sama si Cahya."

Rival mengepalkan tangannya geram. Cowok ini ingin ia tendang agar terkapar di jalan raya.

"Rendah banget lo suka sama pacar orang!"

Kenzo tertawa jahat. "Justru itu. Karena dia pacar orang, saingan gue cuman satu. Lebih mudah nyingkirin satu orang."

Rival balas tertawa ngakak. "Percaya diri amat lo bisa ngalahin gue. Bahkan upil lo aja insecure ngeliat gue."

Lego dan Gilang yang menyimak dari jauh menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Begitu banyak perumpamaan kenapa harus upil. Astaga Rival!

"Pergi lo!"

Kenzo berdecak. Malas sekali berbacot ria. Daripada tambah masalah ia menurut saja. Kenzo pergi dengan motor ninja hitamnya.

Beberapa menit kemudian, Cahya datang lari-lari ngos-ngosan. Rival memutar bola matanya malas lalu menyentil dahi cewek itu pelan.

"Pelan-pelan, nanti jatoh. Kan kasian tanahnya."

Cahya tak peduli. Cewek itu malah celingukan seperti mencari seseorang.

"Cari Kenzo?"

Cahya mengangguk. "Di mana dia? Katanya udah sampe?"

"Gue sentil pake jari, tau-tau ilang tuh bocah."

Cahya merengut. Kerjaan Rival pasti mengusir Kenzo.

"Lo apa-apaan sih, Val, main usir aja?!" Cahya berusaha untuk sabar. Nada bicaranya melembut.

"Serah gue lah. Ini wilayah gue. Dia orang asing ngapain nyasar ke sini."

"Gue mau pulang sama dia!" sentak Cahya.

"Oh malahan. Ducati gue nganggur."

Cahya memutar bola matanya malas. "Gue juga nggak mau naek Ducati lo kok."

Rival berdecih sinis. "Ngapain lo mau pulang sama dia?"

"Selingkuh. Gue pengen nyari pengalaman baru."

"Jangan selingkuh, Cay. Gue ini alumni fakboy."

"BODO AMAT!"

****

RIVAL (End) Revisi حيث تعيش القصص. اكتشف الآن