69. Enam sembilan

71.8K 12.1K 2K
                                    


Happy reading ♥️

Apa kabarrrr hihi?

Lupaaa punya lapak iniiii.

Mau nerbitin juga masi bimbang:(

*****

"OH!"

Mendadak suasana menjadi mencekam. Datar, ekspresi Rival saat ini. Jarang-jarang cowok itu bersikap seperti sekarang. Cahya menelan salivanya sendiri gugup.

"Sana. Katanya udah telat," sinis Rival lalu memakan kentang goreng sok santai padahal dalam hati panas luar biasa. Tangannya bermain ponsel berusaha tak peduli akan kehadiran Cahya di sini.

Cahya mendekat lalu merangkul lengan Rival.  "Marah?"

Rival menoleh lalu dengan hati-hati melepas rangkulan tangan Cahya. "B aja."

"Sana. Katanya telat gimana si?!" sentak Rival tak melihat pergerakan Cahya.

"Kok gitu?" Cahya menekuk wajahnya. Ketiga teman Rival hanya diam memperhatikan, Rival saat ini sedang tidak bisa diajak becanda soalnya.

"Laksanain tanggung jawab lo." Rival memerintah.

"Tapi lo marah ...," cicit Cahya ketakutan. Nyalinya ciut. Jarang-jarang Rival ngamuk seperti ini. "Gue juga takut lo ngobrak-ngabrik sekolah lagi."

Rival menatap Cahya tajam lalu menggeleng menangkis semua dugaan Cahya. "Kalo pun gue marah nggak mungkin ngelampiasin nya sama lo paling cuma mukul tembok. Sana pergi, laksanain tugas lo. Jangan kecewain sekolah."

Cahya mengangguk lemas lalu menempelkan telapak tangannya di pipi Rival. Tanpa aba-aba, Cahya mengecup punggung telapak tangan itu. Lima detik berlangsung, lalu Cahya melepaskan kecupannya. Ketiga teman Rival tersentak kaget dengan tindakan romantis itu. Seperti Cahya mencium pipi Rival tapi terhalang oleh tangan.

"Pamit ya. Bye Rival!" Cahya merona atas tindakannya sendiri lalu berlari pergi.

Rival mengerjapkan matanya tak percaya. Deru napasnya tak teratur. Wajahnya memerah sampai telinga kebiasaan Rival saat salting. Cowok itu seperti membeku, tak ada pergerakan apapun. Masih tak percaya apa yang Cahya lakukan tadi. Walaupun terhalang telapak tangan tapi damage-nya cetar untuk hati Rival. Debaran kencang di dada itu belum juga berhenti.

"RIVAL WOY!" panik Lego melihat Rival seperti patung lalu mengguncang bahu Rival.

"ANJENG!" Rival ngegas lalu meraup wajahnya kasar. Bibirnya tak bisa untuk tidak tersenyum. Tangannya beralih memegang pipinya lalu tersenyum lagi seperti orang gila.

"Gue ... mau pingsan," lirih Rival.

Detik itu juga Rival terkulai lemas dengan kepala bersandar di atas meja. Sengaja tertidur untuk meresapi adegan itu. Memejamkan mata hanya demi mengingat-ingat ulang kejadian tadi.

Rival bersumpah, ini momen terbahagia dalam hidupnya.

*****

Dehaman seseorang membuat Cahya dan Kevin yang sedang fokus berpose teralihkan. Refleks, Cahya langsung menjauh dari Kevin karena memang tadi tangan Kevin sedang merangkulnya.

"Lanjutin." Rival memerintah kepada Fotografer tetap mempertahankan ekspresi datarnya.

Rival ingin menghancurkan dunia detik ini juga ketika melihat penampilan Cahya yang sangat-sangat cantik. Make up yang menghiasi wajah itu serta rok pendek yang menampilkan paha mulus miliknya.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now