49. Empat sembilan

73.3K 11.8K 548
                                    

HAPPY READING ❤️
PART INI SPESIAL RIVAL CAHYA<3 Uwu-uwuan dulu sebelum masalah datang.
Enjoy yes💓

"Ayo pulang!" ajak Rival sambil menggandeng tangan Cahya. Dari tadi Cahya tidak berhenti-berhentinya mengobrol dengan Sasa dan Febby. Rival malah jadi kambing congek.

"Bentar." Cahya melepaskan gandengannya, lalu kembali berbincang dengan Sasa dan Febby tentang pelajaran.

Wah benar-benar nih cewek gue, minta dilempar ke tumpukan duit, batin Rival.

"Gue pulang duluan." Rival sudah terlalu sebal.  Lebih baik ia bergabung bersama teman-temannya yang lain.

Cahya langsung mencekal tangan Rival agar tidak jadi pulang lebih dulu.

"Tungguin geh."

"Gue masih marah sama lo, ya." Rival menatap datar Cahya. Direspon dengan senyuman simpul Cahya yang begitu manis membuat Rival tertegun. Senyum itu bagai candu, hanya dengan senyuman sederhana dari bibir Cahya berhasil membuat Rival bahagia bukan main. Perasaan senang membuncah ketika melihat senyuman penuh gula itu.

"Marah kenapa?" tanya Cahya sok tidak tahu.

"Marah karena lo ngucir rambut!" sentak Rival. Selain itu juga tentang Cahya yang jadi model.

"BISA NGGAK SIH SEKALI AJA NGGAK USAH CANTIK-CANTIK AMAT?!" teriak Rival frustasi.

Pernyataan itu membuat ketiganya melongo. Tak percaya apa yang keluar dari mulut mungil Rival. Sangat aneh, biasanya cowok akan bangga jika pacarnya cantik, tapi Rival berbeda.

"Lo manusia bukan sih?" tanya Sasa.

"Gue manusia titisan pangeran, Micin!" sentak Rival membuat Sasa kaget.

"Waduh, kumat nih kayanya, Cay. Butuh sajen nih," usul Sasa melihat Rival mulai ngawur dan halu.

Rival mengacungkan jempolnya sambil tersenyum tipis. "Gue emang butuh sajen. Tapi sajennya harus pelukan Cahya."

"BUCIN!!" teriak Sasa dan Febby secara bersamaan.

"Ayo sayang pulang ...." Rival merayu dengan muka sok memelas.

"Bentar."

"Lo bener-bener berubah, ya, Val. Bucin banget sumpah. Dulu lo aja nggak pernah manggil gue sayang," celetuk Febby tercengang melihat Rival bisa sebucin ini.

Cahya agak tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Rival yang paham langsung merangkul Cahya lalu mengelus bahunya lembut menenangkan.

"Iya. Rival berubah banget. Playboy bisa tobat juga ternyata," sambung Sasa.

Cahya menoleh lalu menatap Rival lekat. Tak percaya ternyata Rival benar-benar berbeda dalam memperlakukannya.

"Queen gue nih!" kata Rival bangga.

Mulut Rival lalu mendekat ke arah telinga Cahya berniat membisiki. "Btw, gue ini lagi mabok, Cay. Lo jangan baper oke?" bisik Rival membuat Cahya melepaskan rangkulannya paksa.

Melihat Rival yang mulai ngelantur, Cahya lalu ijin kepada Sasa dan Febby untuk pulang. Keduanya berjalan beriringan dalam diam. Tak peduli dengan siswa-siswa yang bergosip ria di sepanjang koridor.

Begitu sampai di parkiran, tangan maut Cahya langsung gesit menjewer telinga Rival karena kesal selalu dibuat terbang sebentar, lalu dijatuhkan secepat mungkin.

"Aduh!!" Rival meringis kesakitan. "Buset, tangan-tangan penuh dosa ini. Kalo jewer sakitnya bukan maenn!"

Cahya langsung melepaskan jewerannya. "Gue kesel sama lo!"

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now