26. Dua enam.

80.1K 12.7K 528
                                    

Rival menyapu pandangannya ke segala penjuru kantin. Matanya berhenti di pojok kantin ketika melihat Cahya duduk bersama Kevin. Yang tadi sudah emosi, menjadi lebih emosi lagi. Dengan tangannya menenteng handphone milik Gilang, Rival berjalan menghampiri Cahya.

Begitu sampai, Rival langsung membanting handphone Gilang di meja depan Cahya.

Mata Cahya membelalak kaget. "Lo apa-apaan sih?!"

"Nggak usah ngamok. Harusnya gue yang ngamok. Ngapain lo di sini sama Kevin?"

"Mata lo buta?! Ya makan lah!" ucap Cahya sambil menunjukkan makanannya dengan Kevin.

"Pacar lo siapa sih? Kok makan sama cowok lain."

Rival jelas panas cemburu. Padahal jika dilihat, lebih sering Rival yang makan dengan cewek lain. Memang ya, Rival itu selalu benar.

"Ya gimana, ya. Lo cuman nanyain udah makan belum, sedangkan Kevin ngajakin makan."

Rival menatap datar Cahya. "Belom aja gue besok beli restoran."

"Ngayal mulu!" sinis Cahya. "Ada apaan ke sini?!" tanya Cahya. Sedangkan Kevin melanjutkan makannya, ia tak mau ikut campur masalah mereka berdua.

"Hapus postingan lo di IG."

Cahya menyatukan kedua alisnya bingung. "Postingan yang mana?"

"Tuh." Rival menunjukkan foto di handphone Gilang. Foto Cahya bersama Sugar Daddy nya.

Cahya melihat, sedetik kemudian dia terkikik geli.

"Lah, ngapain malah ketawa? Lo pikir gue becanda?!" semprot Rival. "Gue kira lo cuman becandaan sama Sugar Daddy. Eh ternyata cari beneran. Nggak ada akhlak lo emang! Lo udah melanggar undang-undang berprikepacaran!"

Cahya lanjut tertawa sampai meneteskan air matanya. Rival sangat bodoh. Matanya mungkin sudah katarak.

"Yeee malah ketawa ni orang! Kebanyakan gaul sama Kevin, lo jadi kaya orang gila ya!" omel Rival mendapat delikan dari Kevin.

"Gue hukum juga lo nanti!" ancam Kevin.

Rival terkekeh. "Pangkat lo apa mau ngehukum gue?" balasnya songong.

"Gue ketua OSIS kalo lo lupa."

Rival cengengesan, ia baru ingat Kevin adalah ketua OSIS. "Bener juga. Tapi gue nggak takut sih."

Kevin menoleh ke Cahya. "Gue pergi dulu. Tenang, udah dibayar kok." Cahya mengangguk sambil tersenyum. Lalu mengucapkan terima kasih, Kevin memang sahabat yang peka.

Kevin berdiri lalu pergi. Jujur saja, malas adu bacot dengan manusia seperti Rival. Nanti pasti tidak akan selesai-selesai.

"Jelasin ke gue!" tagih Rival.

Cahya mengulum senyumnya. "Kalo gue nggak mau?!"

"Gue banting!"

"Dih."

"Lo pacar gue, Cay. Tapi ngepost foto sama Sugar Daddy tua bangkotan. Sopan kah begitu di depan pacar hm?"

Rival berbohong kali ini. Di foto itu walaupun terlihat dewasa, tapi cowok itu sangat tampan dan gagah.

"Sopan. Soalnya dia banyak duit, makanya gue post. Kalo lo pengen gue post, ya banyak duit terus kasih ke gue."

"Wah, mulut lo minta diamplas ye!" Rival lalu duduk di depan Cahya. Ia menatap Cahya serius. "Jelasin itu siapa! Bisa-bisanya lo berdua foto pelukan!"

"Red Velvet plus Burger. Ditambah satu porsi seblak, dua mangkok bakso, dan Silverqueen satu kilo," syarat Cahya. Ia tak ingin rugi. Biasa, kaum gratisan.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now