38. Tiga Lapan

73.7K 12.8K 1.4K
                                    

Ellgar dan Rival dorong-dorongan di depan pintu untuk menentukan siapa dahulu yang harus menghadap Bumi. Keduanya sama-sama takut dengan kemarahan Bumi. Bahkan jantung Rival berdebar hebat, ia gugup bukan main.

"Lo dulu woi! Lo kan yang satu sekolah sama Cahya," suruh Ellgar sambil mendorong punggung Rival

"Apaan nih?! Kan lo abangnya," ucap Rival tak terima.

"Lo kan pacarnya!" sentak Ellgar.

"Heh gledek! Siapa yang pacarnya Cahya?" Rival balik ngegas.

Ellgar mengerutkan keningnya bingung. "Lo udah putus?"

"Gue calon suaminya Cahya," ucap Rival lalu cengengesan. Ellgar yang emosi langsung menjitak jidat Rival pelan.

"Heh! Jangan sampe tangan lo gue potong, ye!"

Rival dan Ellgar berhenti berdebat ketika ada Bumi yang berjalan menghampiri keduanya. Mereka sama-sama menelan salivanya sendiri, gugup. Aura menyeramkan Bumi sanggup membuat mereka takut.

"Anjirrr bawa samurai!" batin Rival ketakutan. Tangan Bumi menenteng pedang agak panjang.

"Ngapain di depan pintu? Masuk!" titah Bumi lalu berjalan menuju sofa ruang tamu.

Ellgar dan Rival berjalan pelan sembari kepalanya menunduk menuju sofa. Keduanya bak anak ayam yang ketakutan. Mereka berdua duduk berdampingan sambil berdoa dalam hati agar Bumi tidak menghukumnya.

"Tau apa kesalahan kalian?" tanya Bumi dingin sambil memainkan pedangnya.

"Tau." Mereka menjawab dengan nada pelan.

"Apa?"

"Gagal jaga Cahya," kata Ellgar mewakili.

"Hm." Bumi menatap Rival dan Ellgar tajam bergantian. "Ellgar ... Papa kecewa sama kamu. Rival ... Om juga kecewa sama kamu."

Ellgar dan Rival menunduk. Mereka menyesal telah mengecewakan kepercayaan lelaki ini.

"Ellgar, Papa mau ngeluarin kamu dari KK. Dan Rival, kamu ... saya hapus dari list calon mantu saya."

"Hah?!" pekik keduanya bersamaan.

"Jangan gitu dong, Pa! Nanti Papa Bumi nggak punya temen gulat!"

"Jangan gitu dong, Om! Kapan lagi punya calon mantu yang good looking, good attitude, ditambah good money kaya saya coba?" protes Rival.

Bumi tidak merespon protes kedua cowok itu. Ia malah memainkan pedang dengan tangannya seolah-olah menakuti.

"Papa lo ngeri banget," bisik Rival kepada Ellgar.

Ellgar mengangguk. "Kalo lagi kumat emang ngeri," balas Ellgar berbisik juga."

"Papaaa!!" pekik Cahya yang turun dari lantai dua. Cahya menahan tawanya melihat dua jagoannya sedang ditatar seperti nara pidana.

Cahya langsung duduk di samping Bumi. "Papa ngapain bawa pedang?"

"Mau nebas leher orang."

Jangan ditanya kondisi Rival dan Ellgar saat ini, mereka sudah mengeluarkan keringat dingin.

"Astaga Papa!" kaget Cahya.

Bumi tersenyum tipis. "Canda."

"Candanya ngeri banget."

"Candaan psychopat tuh, Cay," kompor Rival langsung dihadiahi delikan tajam dari Bumi. Jelas saja Rival hanya menjawab dengan cengiran bodoh.

"Ati-ati, Val. Papa gue kalo ngamuk udah kaya Titan," beritahu Cahya. "Ilmu kebal kanuraga lo nggak mempan ngadepin Papa kalo lagi ngamuk."

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now