56. Lima Enam

78.5K 12.4K 919
                                    

Happy reading ❤️
Sorry baru update, lagi fokus ujian🙏

Rival duduk seperti nara pidana di sofa rumahnya. Kepalanya menunduk takut. Ini gara-gara ulah Papa Reynald yang mengadukan segala perilaku negatifnya kepada Mama Killa.

"Kenapa nunduk Rival?" tanya Killa lembut-lembut mematikan.

"Kan biar sopan, Ma," sahut Rival ketakutan.

"Angkat dong kepalanya, katanya jagoan sekolah," cetus Killa membuat Rival lebih takut lagi.

Dengan tak kurang ajarnya Reynald malah menonton sembari memakan camilan santai. Seolah melihat Rival seperti ini adalah film yang mengasyikkan.

Rival mengangkat kepalanya. Menatap Mamanya dengan tatapan memelas.

"Berdukun di mana kamu?" interogasi Killa di luar ekspektasi Rival.

Rival mengerjapkan matanya tak percaya lalu mengorek telinganya, meyakinkan bahwa ia tak salah dengar.

"Apa, Ma?" ulang Rival masih belum percaya.

"Berdukun di mana? Kok bisa punya pacar? Pake pelet apa kamu ha?" oceh Killa panjang lebar membuat Reynald menahan tawanya.

Rival menghela napasnya lelah. Apa dia sejelek itu di mata keluarganya sampai-sampai tak percaya Cahya adalah pacarnya?

"Pacar kamu itu orang kan?" tanya Killa lagi masih tak percaya.

"BUKAN, MA! KAYANYA TITISAN BIDADARI. SUMPAH KINCLONG BENER," sahut Reynald heboh.

Killa meliriknya sinis. "Dasar mata keranjang!"

"Iya tuh, Ma. Masa punya Rival diliatin sampe matanya mau lepas," adu Rival agar Papanya dimarahi.

"Terus tadi Papa nawarin gini sama cewek itu, Mau ga jadi mama tirinya Rival? Gitu, Ma. Parah kan si Papa." Rival mengompori agar sekalian amarah mamanya meledak. Sudah lama ia tak melihat Papanya tidur di luar.

Reynald langsung panik. "Hoax, Ma. Jangan percaya."

"Beneran, Ma. Mata Papa tadi bahkan nggak berpaling."

Mata Killa sudah melirik tajam Reynald. Seolah Reynald adalah hal yang harus benar-benar dimatikan.

"Terus bilang gini juga, namanya bagus ya kaya orangnya, gitu, Ma. Mana pake nada gelay-gelay gimana gitu," kompor Rival. "Papa genit banget."

"RIVAL, LO MAU GUE KELUARIN DARI KK HAH?!" sentak Reynald menggunakan bahasa gaul karena sudah terlalu jengkel.

****

Cahya menghela napasnya lelah. Sudah berhari-hari belakangan ini barang-barangnya selalu hilang atau disembunyikan. Kali ini sepatunya yang hilang. Entahlah, padahal ia tak pernah mengusik orang-orang di sini. Kemungkinan ini ulah orang-orang yang tidak suka dengannya karena menjadi Putri SMA Nusantara.

"Kenapa lo?" tanya Rival yang tiba-tiba datang. Rival bingung melihat pacarnya di depan rak sepatu seperti orang linglung.

"Nggak pa-pa." Cahya tersenyum tipis berusaha menutupi kecemasannya. Ia juga tak mau Rival ikut campur.

Mata Rival memicing curiga. Satu alisnya terangkat. "Cerita. Jangan disembunyiin!"

"Apa yang harus diceritain?" Cahya bertanya dengan nada sedikit jengkel. "Nggak ada! Gue nggak pa-pa."

Rival mengendikkan bahunya tak peduli. Cahya tetap keras kepala. "Ya udah. Ntar juga gue tau apa yang lo tutupin."

Cahya mengangguk pelan. Mata Rival melirik kaki Cahya yang hanya terbalut kaos kaki berwarna putih. Matanya menyipit, seperti ada yang aneh.

RIVAL (End) Revisi Where stories live. Discover now