9. Sembilan

92.6K 16.3K 1K
                                    

Cahya tersenyum lebar ketika melihat Genta saat berjalan di koridor. Kakinya melangkah perlahan untuk menghampirinya. Pesona Genta memang bukan main-main. Cowok itu selalu bisa membuat semua orang tertarik.

"Genta!!"

Genta berhenti lalu menoleh sembari mengangkat satu alisnya. "Jangan deket-deket!"

Cahya berhenti melangkah ketika jaraknya sudah satu meter. Dahinya mengernyit. "Kenapa?"

"Kata Rival lo itu kuman, yang harus dijauhi bahkan dibasmi."

Genta mengatakan itu dengan entengnya tanpa ekspresi, direspon melongo oleh Cahya.

Rival setan!

"Astaga Genta! Gue manusia titisan bidadari. Buka mata dan hati lo dong!" omel Cahya bergerak untuk mendekat lagi. Genta yang melihat Cahya mendekat langsung mundur.

"Radius satu meter!"

Cahya menggeram tertahan. Rival benar-benar minta dihajar.

"Gue bukan kuman!"

"Rival bener-bener kek setan. Jagonya ngehasut ditambah suka bisikin yang enggak-enggak!" Cahya mengomel sendirian.

Genta heran melihat itu. Kenapa malah ngomong sendiri.

"Lo ganteng-ganteng mau aja sih dibegoin sama Rival!"

Genta memicingkan matanya ketika menyorot satu lelaki yang sedang mengintip pembicaraannya di balik tembok. Dari bau-baunya itu pasti Rival.

"Gue pergi dulu."

Lebih baik ia menghindar daripada kena amukan Rival. Dari tadi ternyata Rival sudah mengodenya untuk pergi.

"Yaelah!"

Genta pergi. Rival langsung menghampiri Cahya dengan gaya tengil.

"Gini ya kerjaan lo di belakang gue. Suka goda-goda bahkan colek-colek si Genta."

Cahya menoleh lalu tersenyum setan. "Iyalah. Genta kaya, gue mau keruk duitnya."

Tidak tahu saja, bahwa Rival lebih kaya. Cewek ini masih mempercayai bahwa Rival gembel.

"Sayangnya Genta nggak mau sama lo."

"Mau. Kalo gue pepet terus, gue kan punya pelet asal lo tau. Gue ntar pulangnya mau sama dia aja nebeng. Males gue naik Ducati hasil colongan lo."

Rival mendengkus. "PD amat lo. Siapa juga yang mau boncengin lo? Gue juga nggak mau Ducati keren itu kena lecet."

"Ya udah malah bagus!"

Rival melirik sinis Cahya. Cewek ini benar-benar menguras emosinya.

"Cay, gue pengen banting lo sumpah!"

Cahya cengengesan. "Hehe silahkan."

Rival berdecak lalu memberikan Silverqueen yang tadi ia sembunyikan di belakang tubuhnya.

Mata Cahya berbinar serta bibirnya tersenyum lebar. Dengan cepat ia langsung menerima itu. Sia-sia kan kalo nggak diterima.

"Makasih Rival. Walaupun murah tapi nggak pa-pa kok, gue terima-terima aja. Kalo bisa besok request coklat berbagai merk, ditambah permen yupi satu dus, sama Oreo Supreme!"

"Rasa ingin membantingmu begitu menggelora! Dikasih hati minta jantung!"

Cahya hanya cengengesan. Bel masuk berbunyi, Rival berniat masuk kelas. Sebelum pergi Rival berkata,

"Btw itu tadi gue mungut di jalan."

****

Cahya berdecih sinis ketika melihat Rival sedang duduk berdua di kantin dengan seorang cewek. Terlihat mesra sekali.

RIVAL (End) Revisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang