17. Tujuh Belas

84.4K 14.1K 994
                                    

"Papa!!" seru Rival ketika baru masuk rumah. Ada hal penting yang harus ia sampaikan.

Semua keluarganya ternyata sedang berkumpul di ruang TV. Rival langsung duduk dan memangku Nastar adiknya.

"Apa, sih, Kak? Kalo dateng pasti teriak-teriak," sinis Samudra sambil tangannya bermain game dengan lincah.

"Rival, nggak mau pake Ducati lagi!" ucap Rival dengan tegas lalu mencium pipi Nastar gemas.

"Lihatlah Kill, anakmu satu ini mental gembel," hina Reynald yang langsung mendapat cubitan maut dari Killa. Dari zigot sampai setua ini, Reynald selalu membanggakan segala yang ia punya. Ia heran mengapa Rival sederhana sekali hidupnya.

"Lo kenapa, sih, Kak? Kok nggak mencerminkan seorang sultan," protes Benua kesal lalu memakan camilan yang ia rebut dari Nastar.

Killa tersenyum menenangkan. "Alasan Rival apa nggak mau pake Ducati lagi hm? Bukannya enak ya biar bisa modus ke cewek."

"Ya nggak pa-pa. Nggak nyaman aja," ungkap Rival. "Pengen ganti mobil."

"Hah?!" kaget semua orang di sana. Mereka kira Rival mau memakai motor bututnya kembali. Ternyata minta mobil.

Reynald terlihat tersenyum bangga. "Akhirnya, perlahan tapi pasti kegembelanmu terkikis."

"Rival kesusahan kalo bawa barang. Makanya minta mobil."

"Gih milih, Val. Mau mobil atau pesawat sekalian Papa beliin sekarang juga."

"Mas!!" ancam Killa dengan mata melotot.

"Rival mau mobil aja, Pa. Yang setara sama mobil Rafan, biar bisa disombongin." Awalnya ia mau menyombongkan Ducati miliknya kepada Rafan, tapi ternyata Ducati milik Rafan lebih diatas levelnya. Kan jadi malu. Alasan lain agar Cahya tidak kepanasan, kasihan pacarnya itu. Sudah hitam tambah hitam jika bersamanya.

"Bagus! Papa suka jiwa pamermu ini!"

Killa menggelengkan kepalanya pelan tak habis pikir. Sepertinya ia salah pilih suami. "Sinting!"

****

Pagi-pagi sekali Cahya nongkrong di parkiran bersama Sasa. Tujuannya untuk bertemu Rival. Tadi, ia berangkat duluan dengan Sasa. Setengah jam menunggu, Rival datang dengan gagah bersama ketiga temannya.

"Ngapain lo nongki di sini?" sinis Rival. Ia benci orang-orang menatap Cahya. Terlebih laki-laki.

"Nungguin Genta."

"Astaga your cangkem!" kaget Rival.

Genta dengan santainya pergi. Ia malas mendengarkan cekcok pasangan pembuat onar itu.

"Genta, kok lo pergi, sih?" protes Cahya. Genta berbalik menatap datar couple itu.

"Apa?"

Cahya menyengir tebar pesona. "Jadi kapan kita selingkuh?"

Rival membuka satu kancingnya karena gerah padahal suasana masih pagi.

"Astaga, Cay! Edit ucapan lo sekarang!" suruh Lego. Berani sekali Cahya ini mengatakan itu di depan Rival.

"Sinting!" balas Genta lalu pergi.

Cahya dan Sasa tertawa ngakak. Ada kesenangan sendiri menjahili Genta.

"Ada plastik nggak? Gue mao muntah, nih?" pinta Rival sok-sokan muak.

"Mao muntah apa kepanasan?" ledek Sasa.

"Kepanasan kali. Setan di tubuhnya kan banyak," sambung Cahya tanpa dosa. Semuanya meledakkan tawanya ngakak. Hanya Cahya yang bisa habis-habisan membully Rival.

"Mulut lo nggak steril amat sekarang!" omel Rival sambil melotot.

Cahya berdiri lalu menghampiri Rival. Tanpa alasan ia menjambak rambut cowok itu pelan. Pelan sih pelan, tapi sakitnya tetap berasa. Mulut Rival mengeluarkan ringisan kesakitan.

"Silau! Lo kenapa, sih?!"

"Gabut."

Semuanya melongo mendengar itu. Gabutnya mengerikan sekali.

"Lo PMS?" tebak Rival. Biasanya sifat random atau menjengkelkan Cahya itu karena sedang PMS.

"Iya."

"Pantes ngeselin," dongkol Rival. Ia selalu menjadi samsak kekesalan Cahya.

"SIAPA?!" Cahya ngegas.

"GUE!" Rival ikut ngegas. "LO MAH NGGAK PERNAH NGESELIN!"

Cahya menyengir girang. "Pinter."

"Sana ke kelas," usir Rival. Ia malas jadi samsak lagi.

Cahya mengangguk. Sebelum ke kelas ia merapikan rambut Rival yang tadi ia jambak lalu mengelusnya lembut.

"Sorry rambut. Gue hilaf tadi." Cahya cengengesan lalu meniup pelan rambut Rival. Setelah melakukan itu, Cahya pergi bersama Sasa buru-buru.

Rival mematung. Ia tak percaya apa yang baru saja dilakukan Cahya. Matanya mengerjap pelan. Perilaku Cahya sanggup membuatnya tersentuh. Sederhana, tapi mampu membuat getaran hebat di hatinya.

"Dia kesurupan?" cetus Rival melihat punggung Cahya yang mulai menjauh.

"Ya kali," jawab Lego yang masih kaget juga dengan tindakan Cahya.

Rival mengulum senyumnya. Pagi hari yang membahagiakan.

Lego dan Gilang bergidik ngeri melihat itu. Yang ada Rival yang kesurupan senyum-senyum sendiri.

"Level bucin lo udah mengerikan ya, Val?" sindir Gilang.

"Hah? Siapa? Gue? Ya kali gue bucin ama modelan Cahya."

"Iyain aja deh. Besok baru kita bunuh ya, Go!"

****

Suasana membahagiakan yang paling ditunggu para murid adalah jam kosong karena guru berhalangan hadir. Sekarang, kelas Cahya merasakan itu. Kelas menjadi ramai sekali. Berbagai kegiatan terjadi di kelas, ada yang nge-game, gibah, mengerjakan PR, atau tidur.

Cahya sendiri lebih memilih memainkan ponselnya. Di sampingnya ada Sasa yang nyenyak tidur. Tiba-tiba pintu kelas yang tertutup ditendang begitu keras dari luar sampai terbuka, hal itu membuat semua murid diam dan memusatkan pandangannya ke arah pintu.

Semuanya bernapas lega saat tahu orang itu adalah Rival. Semua orang di sekolah jelas mengenal cowok itu. Pentolan sekolah dengan gaya tengil selangit. Rival menyengir tanpa dosa lalu melangkahkan kakinya menuju Cahya sambil tangannya menenteng paper bag yang entah apa isinya.

"Ngapain ke sini?" sinis Cahya.

"Karena gue pengen."

"Mau apa lo? Jangan ngerusuh di sini, Val."

Rival menyerahkan paper bag berwarna hitam itu kepada Cahya yang langsung diterima gadis itu dengan kernyitan di dahi.

"Apa?"

"Boom."

"HAH YANG BENER LO?"

"Ya enggak lah."

Cahya membuka paper bag itu. Matanya berbinar saat melihat satu botol Kiranti dan satu kotak makanan. Dengan gerakan gesit Cahya membuka kotak makanan itu, ternyata isinya Red Velvet. Ternyata ... Rival begitu perhatian. Selain jiwa setan, ia juga mempunyai jiwa malaikat.

Rival tersenyum tipis lalu mengacak rambut Cahya gemas.

"Jangan nyebelin. Lo nggak nyebelin aja jelek, apalagi nyebelin."

"Sangkyuuu Rival. Sering-seringlah kaya gini."

Rival memutar bola matanya malas. "Bangkrut gue."

Rival berbalik berniat pergi. Baru beberapa langkah ia menoleh ke arah Cahya lagi.

"Btw, gue tadi itu ngutang di kantin. Nanti lo bayar ya!"

***

Thank you❤️ jangan lupa tekan bintang❤️

RIVAL (End) Revisi Место, где живут истории. Откройте их для себя